Latar Belakang
Permulaan
Abad pertengahan terdapat beberapa tokoh utama seperti plotinus (204-270),
augustinus (354-430), anselmus (1033-1109), thomas aquinas (1225-1274), dll.
Barangkali plotinus lah yang menjadi pemula pada abad pertengahan ini dengan
membawa paham neoplatonismenya. Dan pada makalah ini, pembahasan akan
dikhususkan pada filsafat neoplatonisme sebagai bentuk lanjutan dari pembahasan
sebelumnya (idealisme plato).
Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia yang mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.
Secara ringkas, plotinus adalah filsuf pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta. Ia yang mengajukan teori emanasi yang terkenal itu. Teori tersebut merupakan jawaban terhadap pertanyaan thales kira-kira delapan abad sebelumnya: apa bahan alam semesta ini. Plotinus menjawab: bahannya adalah Tuhan. Teori plotinus tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.
A. Pengertian Neoplatonisme
Kata
neoplatonisme terdiri dari beberapa rangkaian kata yaitu, neo, plato dan isme.
Kata neo memiliki arti baru, sedangkan Plato merujuk pada seorang filosof yang
mencetuskan konsep realitas idea dalam teori filsafatnya, isme memiliki arti
faham. Jadi apabila dirangkai memiliki pengertian ide-ide baru yang muncul dari
ide-ide filsafat yang telah dimunculkan oleh Plato. Faham ini bertujuan
menghidupkan kembali filsafat yang dikemukakan oleh Plato. Meskipun begitu
tidak berarti bahwa pengikut-pengikutnya tidak terpengaruh dengan aliran yang
dibawa oleh para filsuf selain Plato. Dapat disimpulkan juga bahwa aliran
neoplatonisme merupakan sintesa dari semua aliran filsafat sampai saat itu,
dimana Plato diberi tempat istimewa. Faham ini dicetuskan pertama kali oleh
Plotinus dari Mesir. Faham neoplatonisme memiliki ciri-ciri umum, diantaranya :
a.
Aliran ini menggabungkan filsafat Platonis dengan tren-tren utama lain dari
pemikiran kuno, kecuali epikuarisme. Bahkan sistem ini mencakup unsur-unsur
relegius dan mistik.
b.
Menggunakan filsafat Plato dan menafsirkannya dengan cara khusus. Cara
interpretasi itu cenderung mengaitkan Allah dengan prinsip kesatuan seperti
yang tampak dalam proses emanasi.
B. Biografi Plotinos ( 205 – 270 )
B. Biografi Plotinos ( 205 – 270 )
Plotinos
dilahirkan pada tahun 204 M di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai
oleh Roma. Pada tahun 232 M ia pergi ke Alexandria untuk belajar filsafat pada
seorang guru yang bernama Animonius Saccas selama 11 tahun. Pada tahun 243M ia
mengikuti Raja Gordianus III berperang melawan Persia. Pada usia 40 tahun ia
pergi ke Roma. Di sana ia menjadi pemikir terkenal pada zaman itu. Ia meninggal
di Minturnea pada 270 M di Minturnae, Campania, Italia. Ia bermula mempelajari
filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato. Plotinos mulai
menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun. Pendapat-pendapat yang dikemukakan
dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama
ajarannya tentang idea tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itu maka
filsafat Plotinos disebut Platonisme.
Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut ennead,diantaranya:
Muridnya yang bernama Porphyry mengumpulkan tulisannya yang berjumlah 54 karangan. Karangan itu dikelompokkan menjadi 6 set yang tiap set berisi 9 karangan. Masing-masing set itu disebut ennead,diantaranya:
1.
Ennead pertama berisi tentang masalah etika, kebajikan, kebahagiaan,
bentuk-bentuk
kebaikan,
kejahatan, dan masalah penacabutan dari kehidupan.
2.
Ennead kedua berisi tentang fisik alam semesta, bintang-bintang, potensialitas
dan aktualitas, sirkulasi gerakan, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap
gnostisisme.
3.
Ennead ketiga berisi tentang implikasi filsafat tentang dunia, seperti masalah
iman, kuasa Tuhan, kekekalan, waktu, dan tatanan alam.
4.
Ennead keempat berisi tentang sifat dan fungsi jiwa.
5.
Ennead kelima berisi tentang roh Ketuhanan (alam idea).
6.
Ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.
C. Ajaran Plotinos
1.
Teori Metafisika Plotinus
Kesamaan
antara Plato dan Plotinus terletak pada konsep realitas idea. Meskipun begitu
terdapat pula perbedaan diantara keduanya. Pada Plato idea bersifat umum,
sedangkan pada Plotinus idea bersifat partikular sama dengan dunia yang
partikular. Sistem metafisika Plotinus ditandai oleh transendens. Menurut
pendapatnya di dalam fikiran terdapat tiga realitas, The one, The Mind dan The
Soul.
The
One (Yang Esa) adalah Tuhan dalam pandangan Philo. Yaitu realitas yang tidak
mungkin difahami melalui metode sains, indera dan logika. Ia berada di luar
eksisitensi, di luar segala nilai. Keberadaannya bersifat transenden dan hanya
dapat dihayati. Ia dapat didekati dengan tanda-tanda dalam alam. Realitas kedua
adalah nous (the mind). Ini adalah gambaran tentang yang Esa dan di dalamnya
mengandung idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asli objek-objek.
Kandungan nous adalah benar-benar kesatuan. Untuk menghayatinya mesti malalui
perenungan. Sedangkan the soul yang merupakan bagian ketiga dari filsafat
Plotinus diartikan sebagai arsitek semua fenomena yang ada di alam ini. Soul
mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam
dua aspek, ia adalah energi yang ada di belakang dunia dan pada waktu yang sama
ia adalah bentuk-bentuk alam semesta.
Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya.
Dalam ajaran Plotinus, jiwa tidak bergantung pada materi, atau dengan kata lain jiwa aktif dan materi bersifat pasif. Oleh karena iru jiwa merupakan esensi tubuh material. Tubuh dengan segala keterbatasannya ini berisi prinsip-prinsip ketiadaan dan penuh kejahatan. Ia mempunyai jarak yang jauh dari yang Maha Esa. Meskipun Plotinus berpendapat demikian bukan lantas mengabaikan jasad seperti orang-orang gnostik. Tentang penciptaan, Plotinus berpendapat bahwa Yang Paling Awal merupakan Sebab yang Pertama. Disini mulailah Plotinus memulai teori emanasinya yang belum pernah diajukan oleh filosof lainnya. Tujuan dari teori ini untuk meniadakan anggapan keberadaan Tuhan sebanyak makhlukNya.
Alam
ini diciptakan melalui proses emanasi yang berlangsung tidak dalam waktu. Sebab
ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari emanasi, ruang dan waktu
adalah pengertian dalam dunia yang lahir. Dalam emanasi The One (Yang Esa)
tidak mengalami perubahan. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di
dalamnya satu pun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar makhluk tidak
mungkin kalau makhluk itu sendiri, akan tetapi Yang Esalah yang menjadi dasar
semua makhluk. Di dalam filsafat klasik Yang Esa itu dikatakan sebagai
penggerak yang pertama (al-muharrik al-awwal), yang berakibat Yang Esa
didiskripsikan berada di luar alam nyata. Dalam emanasi Plotinus alam ini
terjadi dari Yang Melimpah, yang mengalir itu tetap menjadi bagian Yang
Melimpah. Sehingga dapat disimpulkan dari teori Plotinus bahwa alam berada
dalam Tuhan. Hubungannya sama dengan hubungan suatu benda dengan bayangannya.
Makin jauh yang mengalir dari Yang Asal, maka makin tidak sempurna ia. Alam ini
merupakan bayangan yang asal akan tetapi tidak sempurna seperti halnya Yang
Asal.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa corak filsafat Plotinus berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan kembali kepada Yang Satu.
Oleh
karenanya dalam realitas seluruhnya terdapat dua gerakan, yaitu:
a.
Dari atas ke bawah.
Teori
yang pertama ini dapat digambarkan sebagaimana dalam emanasi. Pancaran dari
Yang Satu memancar menjadi budi (nus). Akal Budi ini sama dengan ide-ide Plato
yang dianggap Plotinus sebagai intelek yang memikirkan dirinya. Jadi akal budi
sudah tidak satu lagi. Hal ini karena dalam akal budi terdapat dualisme
(pemikiran dan yang difikirkan). Dari akal budi itu muncullah Jiwa Dunia
(psykhe). Akhirnya dari jiwa dunia ini mengeluarkan materi (hyle) yang bersama
dengan jiwa dunia merupakan jagat raya. Karena materi memiliki tingkatan paling
rendah, maka ia berupa makhluk yang paling kurang sempurna dan sumber-sumber
kejahatan.
b. Dari bawah ke atas
b. Dari bawah ke atas
Terma
kedua ini dapat pula dikatakan dengan kebersatuan dengan Yang Satu. Inilah yang
menjadi tujuan dari filsafat yang dikonsep oleh Plotinus. Pada bagian kedua ini
jiwa manusia harus memusatkan diri kepada diri sendiri terlebih dahulu,
meninggalkan kesenangan obyek-obyek panca indera serta menaikkan alam
pemikirannya kepada alam pemikiran ke-Tuhan-nan. Dengan demikian jiwa bisa
mencapai alam jiwa-akal Mutlak (spirit-Nous). Fase terakhir dari perjalanan
menuju ketuhanan hanya bisa dicapai dengan mistik atau semedi (estatic-mystical
experience) yang oleh Plotinus disebut dengan istilah terbang dari pribadi ke
Pribadi (the flight of the alone to Alone) artinya menuju kepada Tuhan.
Demikian corak mistik dan agama pemikiran Plotinus. Pemikiran tersebut kemudian
oleh St. Agustinus dan Dyonisius ke dalam ajaran agama Masehi, dan dengan
demikian Plotinus dianggap sebagai bapak mistik barat.
2. Ajaran tentang Jiwa
2. Ajaran tentang Jiwa
Menurutnya
jiwa adalah suatu kekuatan ilahiyah dan merupakan sumber kekekalan. Alam
semesta berada dalam satu jiwa dunia. Jiwa tidak dapat dibagi secara
kuantitatif karena jiwa adalah sesuatu yang satu. Satu disini dapat diartikan
dalam setiap individu terdapat jiwa, sehingga jiwa berjumlah sangat banyak.
Dari jiwa dengan jumlah yang sangat banyak tadi, antara jiwa yang satu dan
lainnya memiliki kesatuan.
Dalam
filsafat Plotinus dikemukakan pula adanya reinkarnasi sebagaimana dalam teori
filsafat Plato. Selain itu jiwa telah ada sebelum keberadaan jasmani, sehingga
jiwa bersifat kekal. Reinkarnasi ditentukan oleh perilaku manusia pada saat
hidupnya dan hanya jiwa yang kotor sajalah yang mengalami reinkarnasi. hal ini
dikarenakan jiwa yang bersih dan tidak ada ikatan dengan dunia ia akan bersatu
dengan Tuhan. Menurutnya jiwa yang tinggi adalah jiwa yang tidak mengingat
apa-apa kecuali Yang Tinggi.
3.
Ajaran tentang Etika dan Estitika
Dalam
pembahasan etika, Plotinus mengawalinya dengan membahas kebebasan berkehendak
yang dimiliki manusia. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan, akan tetapi
kebebasan tidak dapat diartikan secara lahiriyah. Kebebasan yang dimaksud
disini adalah manusia bebas memilih kepada kebaikan ataukah keburukan.
Menurutnya jiwa manusia berada dalam jiwa ilahi (cenderung untuk baik) sehingga
Plotinus menyimpulkan bahwa kebebasan yang dimiliki oleh jiwa manusia
dikarenakan jiwa manusia sebagian dari jiwa Ilahi. Meskipun begitu manusiapun
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena ia telah diberi pikiran untuk
memilih dan kebebasan untuk menentukan piihan. Kemampuan dalam memilih hal yang
baik ini digerakkan oleh cinta yang disandarkan kepada Yang Esa.
Menurut
Plotinus esensi keindahan tidak terletak dalam bentuk yang kasat mata, akan
tetapi esensinya terletak pada keintiman seorang hamba dengan Tuhannya Yang
Maha Sempurna. Dari pernyataannya ini timbul semacam sekala menaik tentang
keindahan, mulai dari keindahan yang inderawi naik ke emosi kemudian ke susunan
alam semesta yang bersifat immaterial. Jadi keindahan itu bertingkat mulai dari
keindahan inderawi hingga keindahan Ilahiah. Menurutnya pula, hal itu dikatakan
indah apabila mengikuti bentuk ideal. Penciptaan keindahan harus melalui
komunikasi pikiran yang mengair dari Tuhan.
Selain
membicarakan keindahan Plotinus juga membicarakan tentang kejahatan. Pada
intinya kejahatan tidak memiliki realitas metafisis, merupakan perbuatan aku
yang rendah dan bukan realitas pada manusia. Sedangkan realitas manusia
merupakan realitas aku yang murni yang terdiri dari logos dan nous. Logos
menerima dari nous (akal) idea-idea yang kekal. Dengan perantara logos
(pikiran), jiwa hanya dapat melakukan tugas yang mulia yang tujuannya bersatu
dengan Tuhan. Kejahatan bukan realitas, akan tetapi kejahatan ada sebagai pelengkap
dalam kesempurnaan alam.
4.
Ajaran tentang Ilmu
Idea
keilmuan tidak begitu maju pada Plotinus, karena ia menganggap sains berada di
bawah metafisik dan metafisika lebih rendah daripada keimanan. Surga lebih
berarti daripada bumi sebab surga itu merupakan tempat peristirahatan jiwa yang
mulia. Dari pendapatnya ini Plotinus mengekang kebebasan akal dengan
doktrin-doktrin agamanya ini. Tidak hanya Plotinus, pengikutnya Simplicius
bahkan tidak memberi ruang gerak kepada filsafat rasional. Menurutnya orang
yang mempelajari filsafat rasional sama halnya melakukan kesia-siaan belaka bahkan
mereka harus dimusuhi. Dari doktrin inilah akhirnya kaisar Justianus melarang
pengajaran filsafat (apapun) di Athena dan menghukum berat orang-orang yang
mempelajarinya.
Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga potensi rasional yang diakui pada zaman Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang terbaik.
D. Pengikut Plotinus
Begitu pula Agustinus yang mengganti akal dengan iman sehingga potensi rasional yang diakui pada zaman Yunani digantikan dengan kuasa Tuhan. Menurutnya tidak perlu dipimpin oleh pendapat yang memiliki kebenaran relatif, karena agama memiliki kebenaran yang mutlak. Dari kesemua isi filsafat neo-Platonisme berujung bahwa kehidupan pertapa adalah kehidupan yang terbaik.
D. Pengikut Plotinus
Sesudah
Plotinus, neoplatonisme hanya menghasilkan sedikit saja filosof yang berbobot,
antara lain:
1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang mengumpulkan karya Plotinus dan menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun sering berdoa dan bertaubat.
1. Parphyry (233-301). Dia adalah salah satu murid Plotinus yang mengumpulkan karya Plotinus dan menyebarkannya dalam bentuk ennead. Ia mengatakan bahwa setiap orang bijak tentu menghormati Tuhan sekalipun dengan cara diam. Orang bijak selalu melatih diri untuk mengenal Tuhan, berdoa dan bertaubat serta melakukan kebaikan. Sedangkan orang yang bodoh akan menodai Tuhan sekalipun sering berdoa dan bertaubat.
2.
Lamblichus (w. 330). Ia berpendapat manusia tidak mungkin memahami Tuhan dan ajaranNya.
3.
Proclus, pendapatnya manusia tidak akan selamat tanpa iman.
Setidaknya
dari ketiga pendapat murid Plotinus dapat diketahui bahwa iman menang secara
mutlak. Tidak ada lagi ruang bagi rasio untuk berfilsafat. Mereka memandang
rendah keberadaan filsafat bahkan diakatakan bahwa filsafat tidak sesuai dengan
penyelamatan. Tidak ada perkembangan penting dalam pemikiran ini, karena
semuanya mengulang pemikiran Plotinus. Dengan lahirnya ajaran Plotinus ini,
dapat dikatakan berakhirnya alam pikiran Yunani. Sebab corak pemikiran Yunani
yang bercirikan intelektual dan rasional sudah tertutup oleh corak pikiran
Plotinus yang bersifat mistik, irasional dan hanya dapat ditangkap oleh
perasaan saja.
Kesimpulan
1.
Neoplatonisme merupakan ide-ide baru yang muncul dari ide-ide filsafat yang
telah dimunculkan oleh Plato. Aliran neoplatonisme juga merupakan sintesa dari
semua aliran filsafat sampai saat itu, dimana plato diberi tempat istimewa.
Faham ini dicetuskan pertama kali oleh plotinus dari mesir
2.
Teori emanasi yang diajukan plotinus merupakan teori tentang penciptaan yang
belum pernah diungkapkan oleh filsuf sebelumnya
3.
Paham neoplatonisme ini mencakup dua gerakan, yaitu gerak kebawah yang
merupakan emanasi dari tuhan dan gerak ke atas yang merupakan penyatuan hamba
dengan tuhannya