Rabu, 01 Mei 2013

Ringkasan Logika Muslim

RINGKASAN ILMU LOGIKA
Perlunya Ilmu Logika
Disadari atau tidak, akal manusia pada hakekatnya memerlukan suatu aturan dalammenganalisa berbagai masalah. Karena Ilmu Logika merupakan ilmuyang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka keperluan kita kepada Ilmu Logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar.Kalau Anda bertanya: “Bagaimanakah dengan kekeliruan berpikir sebagian orang yangsudah mempelajari Ilmu Logika (Mantiq)?”
Jawaban kami:
-Dengan pertanyaan yang biasa disebut – dalam istilah bahasa Arab – dengan jawaban naqidh (kontra), yaituyang berarti jawaban dengan membalas pertanyaan, adalah:“Bagaimanakah dengan kekeliruan berbicara pada sebagian orang yang sudahmempelajari bahasa tertentu, misalnya bahasa Inggris?” 
-Dengan penjelasan adalah: Dengan jawabannaqidh di atas dapatlahdimengerti bahwa belajar suatu ilmu tidak menjamin bahwa perbuatan sehari-hari seseorang itu terarahkan dengan ilmu yang dipelajarinya. Adakah iamempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari atau tidak. Sebab IlmuLogika tidak mengajari orang untuk berpikir, melainkan mengajari oranguntuk mengatur dengan baik pikirannya sehingga mencapai suatu hasil pemikiran yang benar, sebagaimana pelajaran bahasa Indonesia, ia tidak mengajari orang untuk berbicara tetapi mengajari orang untuk mengatur  pembicaraan sehari-harinya. Kemudian ada hal lain yang sangat mungkinmenjadi sebab adanya kesalahan berpikir pada sebagian atau banyak orangyang sudah mempelajari Ilmu Logika, yaitu adanya kesalahan dalam penerapan kaidah-kaidahnya.
Subyek Ilmu Logika
Yang menjadi subyek (pokok bahasan) Ilmu Logika adalah definisi dan argumen.Maka dari itu kadangkala ia membahas tentang ilmu-ilmu “Gambaran” (tashawwuri,concept). Yakni kepahaman yang belum terhukumi atau kepahaman tunggal. Tujuannya,supaya kita dapat menjabarkan dengan baik suatu kepahaman tunggal yang masih majhul 
.Tentunya, dengan memberikan rumus-rumus logis untuk itu. Subyek inilah yang disebutsebagai “definisi”.Akan tetapi, kadangkala Ilmu Logika membahas ilmu-ilmu “keyakinan” (Tashdiqi, Assent).
Yakni, kepahaman yang berhukum. Yang juga biasa disebut dengan statemenatau proposisi atau kalimat-berita. Tujuannya, supaya kita dapat membuktikan dengan baik atau mengetahiu kebenaran suatu proposisi atau statemen yang masih majhul. Tentu saja, dengan memberikan rumus-rumus argument yang tepat dan logis. Subyek inilahyang disebut sebagai “argument”.
 
Ilmu
Ada beberapa pembagian tentang ilmu. Sebelum kita memasuki pembagian ilmu yangkita perlukan dalam pembahasan ringkasan logika ini, perlu kami sajikan di sini pembagian menurut asal muasalnya: 
1.Ilmu Panca indera (hissi,sense,external sense,sensory).Yaitu ilmu yang hanyakita dapati lewat panca indera. 
2.Ilmu Khayal (imagination). Ilmu ini setingkat lebih tinggi dari ilmu pancaindera, sebab disini dilakukan perbandingan atas apa-apa yang didapat dariilmu panca indera. Maka yang satu – misalnya pohon kelapa – lebih tinggidari yang lain – misalnya pohon jagung. Begitu juga batu, lebih keras daritanah, lebih berat dari kapas (B.J-nya) dan seterusnya. Selain perbandingan, perpaduan juga dilakukan. Misalnya, perpaduan warna merah dengan baju,air, kertas, rumah, langit dan sebagainya. Perpaduan di sini kadangkalamenghasilkan sesuatu yang tidak mempunyai wujud (eksistensi). Misalnyaemasyang dipadu dengan gunung.
3.Ilmu Wahmi (estimative faculty). Yaitu mengetahui sesuatu yang tidak material dan tidak mempunyai ukuran. Seperti cinta kasih, marah, sedih danlain sebagainya. 
4.Ilmu Aqli (Intelectual). Yaitu ilmu yang dengannya manusia dikatakanmanusia. Ilmu ini dicapai dengan kesempurnaan akal. Akal tersebut mengelolailmu-ilmu sebelumnya, yaitu yang didapat dengan panca indera, khayal danwahmi. Maka, ia – akal – mengambil kesimpulan-kesimpulan universal dariindividu-individu yang ia bandingkan satu sama lain. Begitu juga ia – akal – mengambil hasil yang benar dari perbandingan-perbandingan yang ia lakukan,dan menolak hasil-hasil yang salah. Ilmu Logika justru diadakan demimeluruskan pekerjaan akal tersebut sehingga terlepas dari pengaruh-pengaruh panca indera, khayal dan wahmi yang salah, dan untuk mencapai kebenaranhakiki. Di samping itu ilmu akal bertugas memajukan ilmu-ilmu yang telah iadapatkan.
Setelah kita mengetahiu asal-muasal ilmu tersebut, di sini perlu kami sajikan 3 pembagian lain terhadap ilmu, demi memperjelas subyek ilmu logika yang telah kamisinggung di depan, dan demi memudahkan kita mendefinisikan ilmu dan ilmu logika.Pembagian pertama, adalah pembagian ilmu dilihat dari hubungannya dengankeyakinanan.Kalau kita bayangkan tentang langit, bumi, sudut, keseluruhan, manis, panas, bagiandan lain-lain, yang ada dalam akal, yang merupakan informasi atau ilmu kita, di sini kitatidak dapat mempercayai atau meyakini kebenaran atau kesalahannya. Inilah yangdimaksudkan dengan ilmu gambaran, yaitu “Ilmu (Pengetahuan)Yang Tidak Disertai Dengan Suatu Keyakinan”.
Tetapi kalau kita bayangkan hal-hal seperti berikut ini: langititu tinggi, bumi itu bulat, jumlah sudut segi empat sama dengan jumlah sudut tegak lurus, bagian lebih besar dari keseluruhan dan lainnya, di sini kita meyakini baik kesalahan atau kebenarannya. Hal ini karena pahaman tersebut mengandung hukum.Dengan demikianmaka keyakinan kita itulah yang menjadikan ilmu kita sebagai ilmu keyakinan. Yaitu“
keyakinan kita pada kebenaran atau kesalahan ( Kebohongan) Suatu Hukum”.
 
Hal-hal yang berhubungan dengan ilmu gambaran adalah sebagai berikut:
1.Kata tunggal (mufrad, singular). Mencakup kata benda, kerja dan bantu.Seperti rumah, menulis dan “di” pada “di pasar”.
 
2.Hubungan Hukum dalam proposisi yang diragukan kebenaran ataukesalahannya. Sebab kalau kita sudah yakin maka termasuk tashdiqi.Misalnya, ketika orang meragukan proposisi “Muhammad itu Nabi”.
3.Hubungan bukan hukum. Seperti pada kalimat-kalimat perintah, larangan, pertanyaan dll.
Di sini, kalimat-kalimat tersebut – seperti, “Pergilah!”, “Jangan pergi!”, dsb – tidak  bias disifati dengan salah atau benar. Maka, kita tidak bias meyakini kebenaran ataukesalahannya. Tentu, karena pada hubungan bukan hukum itu tidak mengandung hukum.
Kalau anda berkata, “Sebagian besar – atau bahkan semuanya – dari kalimat-kalimat perintah, larangan, pertanyaan, dll, dapat disifati dengan salah (bohong) atau benar.Dengan demikian kita dapat meyakini kebenaran atau kesalahannya. Misalnya, perintahorang tua kita kepada kita, “Shalatlah!”. Di sini kita dapat yakin (percaya) bahwa orangtua kita, betul-betul menginginkan kita shalat. Begitu pula kalau ada orang bertanyasesuatu, dia tidak akan keluar dari dua sifat, benar atau bohong. Kalau dia tahu tetapi bertanya, maka dia bohong, sebab kebiasaan orang bertanya adalah orang yang tidak tahu. Begitu pula dia benar atau sebaliknya.
Jawabannya adalah: Yang anda sifati dengan benar atau salah (bohong) bukanlah perintah atau larangan itu sendiri. Tetapi pengetahuan lain yang anda dapat dari kalimat-kalimat perintah atau larangan itu.Sebenarnya ketika anda mendengar perintah atau pertanyaan itu, anda mengetahui 2 hal(ilmu).
 Pertama
, kepahaman (ilmu) anda pada kalimat-kalimat itu sendiri.
 Kedua
,kepahaman lain yang ketahiu di balik kalimat-kalimat itu, yaitu anda memahami bahwa pada umumnya orang yang memerintahkan suatu pekerjaan, ia menginginkan pekerjaanitu dilakukan oleh yang diperintah. Atau pada umumnya, orang yang tidak tahulah yang bertanya, bukan sebaliknya.Kemudian, kalau penyuruh dalam menyuruh itu betul-betul, dan kalau penanya itutidak tahu betul terhadap masalah yang ditanyakannya, anda – bahkan kita – katakan benar. Dan kalu sebaliknya, anda katakan salah (bohong).Pembahasan kita adalah ilmu (pengetahuan) yang pertama, bukan yang kedua. Karenayang kedua, yang disifati, pada hakekatnya adalah pengetahuan anda sendiri – kalau tepatmaka benar, kalau tidak maka salah (bohong). Bukan kalimat perintah atau Tanya itusendiri.
4.gabungan tak berhukum. Seperti buku Ahmad, merah delima, yang pergi,kalau kamu pergi dan lain-lain.
  Tetapi, kalau kita katakana, “Ini buku Ahmad”, maka telah menjadi hubungan hukum.Yaitu menghukumi “Ini” dengan “buku Ahmad”. Begitu juga kalau kita katakana, “Kalaukamu pergi aku juga pergi”.Sedangkan ilmu keyakinan hanya berhubungan dengan proposisi – gabungan dariDHH, yaitu Dihukum, Hukuman dan Hubungan.Perlu diketahui bahwa ilmu keyakinan ini dibagi menjadi dua:
1.Yakin, yaitu meyakini kebenaran atau kesalahan suatu hukum dengan tidak memungkinkan lagi kebalikannya.
2.Zhan, yaitu meyakini kebenaran atau kesalahan suatu hukum, namun masihmemungkinkan kebalikannya.
 Pengertian (Ilmu)
 Tahap Pertama dan Tahap Kedua
Pembagian kedua dari tiga pembagian ilmu tersebut terdahulu adalah dilihat dari suduttingkatannya yang terbagi menjadi 2 bagian: Pengertian tahap pertama dan kedua.Pengertian tahap pertama dan kedua ini dalam bahasa Arab disebut
Ma’qulatu al-awwaliyah dan Ma’qulatu ats-Tsanawiyyah; atau Primary intelegibles dan Secondaryintelegibles, dalam bahasa Inggris.
Ilmu tahap pertama ini adalah
 Ilmu (pengetahuan) yang didapat melalui ilmu Hissi(panca indera).
Misalnya, kesimpulan “kesamaan” dan “perbedaan” antara Ahmad, Ali,Ammar, Yahya dan lain-lain yang ada pada ilmu panca indera. Atau adanya merekasendiri dalam kepahaman kita.
Sedang ilmu tahap kedua adalah Kesimpulan-kesimpulan atau hasil-hasil yang didapatdari perbandingan-perbandingan yang dilakukan akal terhadap pengertian (ilmu)tahap pertama. Maka dari itu ia tidak mempunyai eksistensi (kewujudan) di luar akal. Misalnya pahaman tentang universal dan partikulir.
Ketika akal melihat Husain dalam dirinya, ia memahami bahwa Husain merupakansuatu pahaman dari wujud luar, begitu pula akal memahami bahwa pahaman Husain,misalnya, tidak sama atau sama dengan pahaman Hasan, Ali, Muhammad dst. Jelasnya, pemahaman akal terhadap suatu apapun yang ada diluar akal (seperti gunung, pohon dll)atau pemahaman terhadap perbandingan-perbandingan yang sederhana yang dilakukanterhadap pemahaman-pemahaman itu – misalnya Ali dan Ahmad sama-sama manusia,mahasiswa, bangsa Indonesia dll dan tidak sama wajahnya, tingginya, dll – disebutsebagai pahaman atau pengertian tahap pertama.
Begitu pula, ketika akal melihat pahaman Husain dari sisi lain, yakni dari sisi bahwa pahaman Husain itu hanya bias diterapkan pada satu orang diluar akal (mishdaq,ekstensi), maka akal akan mengatakan bahwa pahaman semacam itu adalah pahaman“Partikulir”. Akan tetapi kalau akal melihat “kesamaan” mereka, misalnya sebagai“manusia”, hal mana bias diterapkan pada lebih dari satu wujud luar akal, maka akal akanmengatakan bahwa pahaman tersebut adalah pahaman “Universal”.

Maka dari itu para ahli logika mendefinisikan masing-masing sebagai
Suatu pahaman yang mempunyai satu ekstensi untuk ”partikulir”, dan Suatu pahaman yang mempunyaibanyak ekstensi untuk pahaman “Universal”.
Di sini, pahaman merupakan sebagian dari zat yang dimiliki oleh keduanya. Karenaeksistensi sesuatu tidak boleh keluar dari essensinya (batasannya), maka universal dan partikulir tidak boleh keluar dari pahaman itu sendiri. Kalau sudah tidak keluar dari pahaman, maka tidak bisa mempunyai eksistensi di luar akal.
Akan kami terangkan pengertian mafhum (pahaman) dan mishdaq (ekstensi) secaraterinci dalam bab yang membahas keduanya. Ringkasnya, mafhum adalah gambaran(pahaman) yang didapat dari sesuatu di luar akal. Sedang mishdaq (ekstensi) adalahsesuatu yang darinya diambil suatu pahaman.
 
Tambahan penjelasan:
Salah satu perbedaan yang mencolok antara pahaman tahap pertama dan kedua adalah, pahaman tahap pertama mempunyai eksistensi di luar akal (karena pahaman tersebutmemang diambil dari luar akal), sedang pahaman tahap kedua tidak mempunyaieksistensi di luar akal (sebab ia diambil dari pahaman juga, yakni pahaman tahap pertama).
Pembagian ketiga dari tiga pembagian ilmu yang kami maksud adalah pembagian ilmudilihat dari segi perlunya kepadapikiran atau tidak.
Ketika kita melihat kembali informasi yang ada dalam akal kita, seperti langit, ada,manis, langit itu tinggi, lima adalah setengah dari sepuluh, dll;di sini kita tidak perlumenggunakan pikiran untuk memahami dan mempercayainya. Inilah yang kita sebut mudah, yaitu Ilmu yang untuk memahami atau mempercayainya tidak perlumenggunakan pikiran.Sesuai dengan contoh di atas, dapat dimengerti bahwa yang tidak memerlukan pikiran, mencakup gambaran dan keyakinan yaitu yang mengandung hukumdan yang tidak.
Tetapi sebaliknya, ketika kita melihat lagi informasi yang ada, semacam ruh, aliranlistrik, bumi berputar, jumlah sudut segi empat sama dengan jumlah sudut lingkaran dll,di sini untuk memahami – yang mencakup gambaran dan merupakan syarat keyakinan,sebab tidak mungkin mempercayai sesuatu tanpa adanya kepahaman terlebih dahulu – dan untuk mempercayai – khusus untuk keyakinan – perlu adanya pemikiran. Inilah yangkita sebut ilmu perhitungan (Naazhari), yaitu Ilmu yang untuk memahami ataumeyakininya perlu kepada usaha pemikiran.
Tambahan Penjelasan Tentang Subyek Ilmu Logika:
Dalam definisi ilmu perhitungan (nazhari) terdapat kata “…pikiran”. Apakah pikiranitu? Pikiran adalah
Gerak akal dari yang diketahui(Maklum, Known) kepada yang tidak diketahui ( Majhul, Unknown).

Penjelasan:
Semua informasi yang ada dalam akal kita dengan cara apapun kita mendapatkannyadan dalam tingkatan yang manapun, pada hakekatnya adalah ilmu. Dengan kata lain, ilmuadalah semua yang kita ketahui dalam akal kita.Maka dari itu, ketika akal menemukan suatu kesulitan, yaitu ingin mengetahui sesuatuyang belum diketahuinya, ia berpikir.
Pertama, ia – akal – membawa kesulitannya kepada kepustakaannya, yaitu informasi-informasi (ilmu) yang dipunyainya. 
Kedua, ia – akal – berusaha mencari jawaban kesulitannya di kepustakaan yang iamiliki, dengan memeriksa tiap sudut informasinya, sebelum kemudian memilih yangdianggapnya sesuai.
Ketiga, ketika akal sudah menemukan jawabannya, yang ia lakukan pada tahap kedua,maka ia kembali dengan membawa penemuannya itu kepada apa yang ia tidak ketahui (majhul)
sebelumnya.Inilah yang dikatakan perjalanan (gerak) akal dari yang diketahui (ma’lum) kepada yangtidak diketahui (majhul).
 
Para ahli logika muslim masa lalu, semacam Ibnu sina dan Farabi mengatakan:
Subyek ilmu lagika adalah pengertian tahap kedua (ma’qulatu ats-tsaniah, secondaryintelegibles).
Pernyataan mereka itu tidaklah bertentangan dengan pernyataan para ahlilogika kontemporer yang menyatakan bahwa subyek pada ilmu logika adalah definisi danargumen. Sebab pada kenyatannya bahan dasar dari sebuah definisi dan argumen adalah pahaman-pahaman yang berkenaan dengan pengertian tahap kedua.
Sebagaimana yang akan anda pelajari dalam buku satu ini pengetahuan terhadap pahaman universal dan bagian-bagiannya merupakan bekal pokok untuk dapat membuatdefinisi yang logis. Dan tanpa mengetahui seluk beluk pahaman universal, seseorangtidak akan mampu membuat satu definisi sekalipun. Begitu pula dengan sebuah argumen(lihat jilid 2). Sebab argumentasi adalah menerapkan kaidah atau statement universalkepada individunya. Sementara anda telah mengetahui bahawa pahaman universaltermasuk pahaman atau pengertian tahap kedua yang tiada berekstensi atau berwujud luar.
Dengan demikian, disamping kita mengetahui bahwa kedua pernyataan diatas tidak  bertentangan, kita juga dapat mengetahui bahwa gerak akal dari yang diketahui menujuyang belum diketahui, yakni dalam melacak informasinya guna mendapat jawabankesulitannya yang nantinya akan berbentuk definisi dan argumen, haruslah menembuskedaerah pengertian tahap kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pembahasan ilmu logikahanyalah berkenaan dengan akal atau pahaman dalam akal. Sebab, sebagaimana maklum pahaman tahap kedua tidak mempunyai ekstensi atau wujud luar. Inilah yangmembedakannya dengan ilmu filsafat, karena subyek ilmu filsafat adalah wujud (ada) diluar akal. Dan kalau kadangkala ilmu – tentu yang ada dalam akal – dibahas oleh ilmufilsafat, di sana, yang dibahas bukanlah segi kewujudan ilmu itu dalam akal. Tetapi,dilihat dari segi keeksistensian ilmu itu diluar akal. Yakni, melihat ilmu sebagai sifatakal. Sehingga karena akaladalah suatu wujud di luar akal maka ilmu yang merupakansifat akal tersebut juga merupakan suatu wujud di luar akal.

 Dengan penjelasan diatas- mengenai subyek ilmu logika – dapat dipahami bahwa apayang dikatakan para ahli logika masa lalu dan sekarang tidak ada perbedaan makna. Yaituantara definisi dan argumen dengan
ma qulatuts tsaniyah
  Definisi Ilmu
Para ahli banyak berbeda pendapat dalam mendefinisikan ilmu. Perbedaan ini terjadikarena adanya perbedaan segi dalam melihat ilmu yang mereka definisikan. Namun, yangdemikian itu tidak harus disebabkan oleh kerancuan pandangan dan pengertian – lihatdefinisi ilmu logika dan bab definisi. Dan para ahli itu sama-sama mengerti bahwadefinisi mereka itu tidak bertentangan. Bahkan, ada yang menyatakan, dan ini yang paling kuat yang diikuti sampai sekarang, bahwa ilmu tidak bisa didefinisikan.Pernyataan yang dikemukakan oleh Mulla Shadra dan – setidaknya – Baba AfdhaluddinKasyani. Karena pelanglangan kealam renungan perlu bekal yang cukup, maka komentar atas perbedaan pendapat itu kami tunda sampai pada kesempatan yang lain.Kemungkinan dalam mengenal filsafat, filsafat atau logika yang rinci. Bagi yang berminat untuk itu dan lain-lainnya kami anjurkan mengikuti terus pelajaran buku inidengan seksama demi memperbanyak bekal seraya meminta ampun kepada Allah danmeningkatkan taqwa, demi membersihkan ruh kita dan mencapai yang kita cari – sebenarnya. Sebab yang kita cari bukan ilmu yang tertulis, melainkan ilmu yangdidefinisikan oleh Imam Ali as bahwa, “Ilmu itu adalah cahaya yang Allah berikan dalamhati yang Ia kehendaki”. Sedangkan Allah berfirman, “
 Dan bertakwalah kamu kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kamu.”
(QS. 2:282)Baiklah, kita kembali ke masalah pokok kita mengenai definisi ilmu. 
 Dengan penjelasan terdahulu dapatlah dengan mudah kita mendefinisikan ilmu sebagai “AdanyaGambar Sesuatu Dalam Akal”.
Penjelasan
Kata “gambar” dalam definisi di atas, menunjukkan bahwa ilmu yang kita definisikanadalah ilmu
hushuli bukan khudhuri. Sebab ilmu juga terbagi menjadi hushuli dan khudhuri.
 1.Hushuli
adalah pengetahuan terhadap sesuatu yang didapat oleh akal melaluigambarnya, bukan dianya. Misalnya, ilmu kita tentang manis, putih,wangi, panas, bunyi mobil dll. Perlu diketahui bahwa gambar sesuatu disini merupakan lawan dari sesuatu itu sendiri, bukan gambar pada kata“gambar dinding” misalnya.
2.khudhuri
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang didapat oleh akal melaluidiri sesuatu itu sendiri. Bukan gambarannya. Misalnya, pengetahuan(ilmu) kita tentang keadaan jiwa kita sendiri, dari keberadaannya, senang-susahnya, benci-cintanya dst.

Definisi Ilmu Logika
Dengan uraian terdahulu dapatlah dipahami bahwa definisi ilmu logika adalah:
 Ilmu yang membahas aturan-aturan umum tentang kebenaran berpikir.
Kadangkala dalam mendefinisikan sesuatu, kita melihat zat-zat yang dimilikinya.Kemudian kita jadikan zat-zat tersebut sebagai definisi. Definisi yang demikian disebut“definisi dengan batasan penuh”. Namun, kadangkala kita melihat hal-hal diluar zatnyayang ia miliki secara khusus. Kemudian kita jadikan sebagai bagian dari definisinya.Definisi yang demikian ini disebut “definisi dengan gambaran penuh”. Untuk lebih jelasnya lihat bab definisi dari buku ini.Maka dari itu dalam kitab-kitab ilmu ahli logika, dalam mendefinisikan ilmu logikaterdapat perbedaan. Perbedaan itu ada karena adanya kelainan segi dalam memandangilmu logika dan kelainan tujuan dari definisi masing-masing. Contoh, Syeikh Muzhaffar dalam mantiqnya mengatakan bahwa ilmu logika adalah: “Alat pengukur (penguji) yangdengan memperhatikannya terjagalah pikiran dari kesalahan”.Ibnu Sina sendiri dalam beberapa bukunya mendefinisikan ilmu logika ini dengan beberapa definisi. Ia melakukannya dengan pandangan yang berbeda dari setiap sudutyang memungkinkan, dan dengan tujuan-tujuan tertentu pula. Karena buku ini merupakan pemula – yang kami beri nama Ringkasan Logika Muslim – maka walaupun banyak halyang harus kami sajikan dalam masalah definisi ilmu logika ini, terpaksa tidak dapatkami lakukan. Mudah-mudahan buku lanjutan dari buku ini dapat menyajikannya kepadasaudara-saudara sesuai dengan rencana kami, Insya Allah. Alhasil, - kecuali sebagiandefinisi yang mungkin memang salah – perbedaan definisi dalam mendefinisikan apa sajadalam kitab para ahli ilmu logika atau filsafat, tidak menunjukkan adanya kerancuan pandangan terhadap hakekat sesuatu yang mereka definisikan. Artinya, semua definisi itusudah sesuai dengan syarat-syaratnya.
Hubungan Ilmu Logika Dengan Ilmu-ilmu Lainnya
Perbedaan pendapat terjadi di kalangan ahli ilmu logika baik muslin atau non muslimdalam memposisikan ilmu logika. Ada yang mengatakan sebagai ilmu tersendiri, dan adayang mengatakan pula sebagai ilmu alat. Artinya, ilmu yang digunakan dan dipersiapkanuntuk ilmu-ilmu lainnya. Semacam pisau, yang dibuat dengan tujuan sebagai alatmemotong. Tetapi, ada juga yang memadukan keduanya, yaitu dari satu segi sebagai ilmutersendiri (mustaqil)dan dari segi lain sebagai ilmu alat.Pada hakekatnya pikiran ketiga inilah yang benar. Sebab tidak dilihat dari segi pembahasannya – logika – mengenai aturan-aturan umum berpikir; di sini pembahasannya tersendiri. Namun, dilihat dari segi kegunaan ilmu logika sebagai alatguna menarik kesimpulan-kesimpulan universal bagi setiap ilmu, maka ia sebagai ilmualat.Kesimpulnnya, di samping ilmu logika sebagai ilmu tersendiri, ia juga sebagai alat bagiilmu-ilmu yang lain. Hal inilah yang mungkin ingin diterangkan oleh para ahli ilmulogika muslim, termasuk Al-Farabi dan Ibnu Sina, sehingga mereka dalam beberapa bukukarangan mereka sendiri, disatu tempat dengan tempat yang lainnya, berbedamendefinisikan logika, yakni di satu tempat mengatakan sebagai ilmu tersendiri, danditempat lain mengatakan sebagai ilmu alat. Hal mana akhirnya, menimbulkan istilah

 bahwa ilmu logika itu adalah “ilmunya ilmu”. Begitu juga dikalangan non muslim istilahini ada dan tersebar, seperti yang dikatakan Francis Bacon, “L’art de tous les arts” – lihathalaman 487 dalam Cours de la Philosophie, karangan Lahr.Kesimpulannya, di samping sebagai ilmu, yang pembahasannya tersendiri, ilmu logika juga sebagai alat bagi ilmu-ilmu yang lain, apapun bentuk dan rupa ilmu-ilmu itu. Baik geografi, fisika, matematika atau filsafat dll.Di sinilah kita harus pandai-pandai menerapkan ilmu logika ini dalam disiplin ilmu apasaja. Sebab tujuan pokonya adalah meluruskan pikiran kita dalam memikirkan bermacammasalah dan keilmuan.
PEMBAHASAN LAFAZH (KATA)
Sebenarnya yang diperlukan dalam pembahasan ilmu logika adalah makna dari suatukata, bukan kata-kata itu sendiri. Akan tetapi, kita perlu membahas kata-kata itu secaraumum – tanpa melihat dari segi bahasa tertentu. Hal itu disebabkan, adanya kata-katadiperlukan untuk mencapai makna, dan dalam memahamkan sesuatu, satu sama lain diantara kita memerlukan kata-kata.Tujuan lain yng lebih penting dari itu adalah agar kita mempunyai gambaran dan pengertian penuh atas hakekat dam posisi lafazh itu sendiri, sehingga dalam mencarihakekat (essensi) sesuatu atau mempercayai suatu proposisi universal kita tidak dipengaruhi oleh bentuk rupa dan indahnya. Bentuk dan rupa kata-kata bias beragam, bahkan mungkin berubah walaupun dalam satu bahasa tertentu. Maka seandainya makna – hakekat – sesuatu kita ukur dengan kata-kata, maka hakekat sesuatu itu juga bisa beragam. Padahal hakekat (essensi) setiap sesuatu harus satu dan tidak beragam.Perlu diketahui, bahwa salah satu dari pembagian wujud, adalah wujud dibagi menjadi
Wujud Hakiki dan Wujud Bukan Hakiki (I’tibari).

1.Wujud HakikiYaitu kewujudan sesuatu yang tidak dibuat-buat. 
Wujud hakiki ini dibagi menjadi dua:
   (i)Wujud luar akal Wujud luar akal
adalah wujud yang ada diluar akal, semacam langit, rumah, penadll. Wujud ini disebut dengan “wujud luar”. Maka dari itu untuk menyelamatkan darikerancuan pembahasan, kadangkala para ahli logika mengatakan “Rumah khariji” (“rumah luar” atau “rumah luar akal”).
   
   (ii)Wujud dalam akal Wujud dalam akal yaitu gambar-gambar dari “wujud luar” yang ada di dalam akalkita. Semacam gambaran (ilmu) akal tentang langit, rumah dll. Wujud ini disebutwujud
dzihni (“wujud dalam” atau “wujud dalam akal”). Untuk membedakan denganwujud luar, para ahli logika kadangkala mengatakan “rumah dzihni”(“rumah dalam”atau “ rumah dalam akal”).
2.Wujud Bukan HakikiYaitu wujud yang dibuat-buat. 
Wujud ini juga dibagi menjadu dua:
 (i)Wujud kata (Lafazh)Manusia – satu sama lain – untuk mengutarakan pikiran dan keinginannya tidak  bisa selalu membawa makna-makna alias wujud luar. Bahkan, kadangkala tidak mampu melakukannya – misalnya ingin mengatakan bahwa laut itu luas, sedang iaditempat yang jauh dari laut. Maka, manusia perlu kepada sesuatu yang lain, demimemudahkan komunikasinya. Kekuatan fitrahnya telah membuat manusia mampumembuat sesuatu yang diperlukannya tersebut.Hasil buatan manusia inilah yang disebut “kata”. Wujud ini adalah wujud yangdibuat-buat oleh manusia sesuai dengan kesepakatannya. Karena itulah hasilkesepakatan tersebut berbeda antara kelompok dengan kelompok yang lain.Kesepakatan yang dibuatnya telah membuat “kata” mempunyai hubungan eratdengan maknanya. Sehingga, ketika kita mendengar katanya – misalnya, “langit” – seakan kita melihat makna yang dikandungnya itu sendiri. Jadi, kata-kata berfungsimendatangkan makna dalam akal pendengarnya.
(ii)Wujud tulisan (Katbi)Dengan kata – hasil penemuannya – manusia belum dapat mencukupi segalakeperluan komunikasinya, karena kata-kata hanya dapat dipakai dalam komunikasi jarak dekat atau langsung, sedangkan komunikasi yang diperlukannya mencakupyang tidak langsung. Karena keperluannya itulah akhirnya manusia membuat lagisesuatu yang baru untuk melambangkan – mewakili – kata-kata itu, sehinggaakhirnya mencapai makna. Inilah yang disebut “tulisan”.Jadi, untuk mengutarakan pikiran dan keinginannya yang tidak langsung – kepadayang jauh atau akan dating – manusia menggunakan tulisan untuk mendatangkankata-kata, yang dengan kedatangan kata-kata tersebut akan datang pula makna yangdiinginkannya pada akal pembaca tulisannya. 

  Dalil
Ketika anda melihat asap, pikiran anda beralih pada suatu wujud lain, yaitu api. Hal initidak lain karena asap itu merupakan petunjuk atau pendalil terhadap wujud api tersebut.Dengan contoh diatas kita dapat memposisikan – mengkhususkan – masing-masing bagian pada kejadian itu dalam posisi berikut:
1.Asap berfungsi sebagai pendalil.
2.Api berfungsi sebagai yangdidalili.
3.Tabiat (sifat) asap yang membawa akal kita kepada api disebut sebagai dalil.

Begitulah, setiap yang anda ketahui – baik dari penglihatan, pendengaran, penciumandan lain-lain – yang dengan mengetahuinya akal anda berpindah darinya kepada suatuyang lain, kita katakana sebagai pendalil,
dan yang anda ketahui berikutnya sebagai yangdidalili atau yang ditunjuki, sedangkan sifat yang dimiliki – yaitu yang memindahkanakal kita kepada yang didalili disebut dalil.
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan dalil sebagai: Sesuatu yang kalaudiketahui, akal akan mengetahui sesuatu yang lain.Pembagian Dalil
Sebab dari perpindahan akal di atas, adalah pengetahuan akal itu sendiri terhadaperatnya hubungan di dalam akal antara pendalil dan yang di dalili. Sedang keeratan itusendiri disebabkan oleh pengetahuan akal tentang keeratan keduanya di luar akal.Karena keeratan keduanya – pendalil dan yang didalili – bermacam-macam bentuknya,maka dalil dibagi menjadi tiga: Aqliyah (secara akal), Natural (Thabi’iyah) dan wadh’iyah
(peletakan), dan masing-masing dibagi menjadi bersuara dan yang tidak.

1.Dalil Aqliyah – Secara Akal 
Dalil aqliyah
adalah kalau keeratan antara pendalil dan yang didalili, di luar akal,merupakan keeratan zati atau hakiki, seperti efek dan pengefek. Ketika kita melihat bekastapak kaki atau rambu di jalan yang keduanya merupakan efek, akal kita berpindahdarinya kepada suatu yang lain, yaitu adanya orang yang berjalan atau adanya pembuatrambu – yang keduanya sebagai pengefek.Maka, bekas tapak kaki dan rambu befungsi sebagai pendalil terhadap adanya orangyang berjalan atau pembuat rambu, dengan dalil akal. Hasil dalil akal tidak bisa berbeda pada setiap orang. Dalil akal ini dibagi menjadi dua:
(i)Dalil aqliyah yang bersuara
Yaitu yang pendalilnya berupa suara atau bisa didengar Seperti kalau kitamendengar suara orang berbicara di luar rumah yang tak nampak, kita dengan pendengaran tadi dapat mengetahui adanya orang yang berbicara di luar rumahtersebut.
(ii)Dalil aqliyah yang tak bersuara
Yaitu yang pendalilnya tidak berupa suara. Seperti bekas tapak kaki, dan rambu jalan pada contoh di atas.
2.Dalil Tabiat(Thabi’iyah,
 Natural)Dalil natural adalah kalau keeratan antara pendalil dan yang didalili, di luar akal,merupakan keeratan yang sesuai dengan tabiat manusia. Seperti kalau kita mendengar kata “aduh”, akal kita berpindah darinya kepada suatu yang lain, misalnya orang yangmengucapkan kata tadi kesakitan atau keheranan dan lain-lain.

Hasil dalil tabiat bisa berbeda sesuai dengan natural atau kebiasaan masing-masingorang, kelompok, suku, atau bangsa. Seperti kata “ah” bagi bangsa kita Indonesia bermakna kesal, kecewa dll. Namun, bagi orang Arab bermakna atau menunjukkan rasasakit.Dalil tabiat ini dibagi menjadi dua:(i)Dalil tabiat yang bersuaraYaitu yang pendalilnya berupa suara. Seperti “aduh” pada contoh di atas.(ii)Dalil tabiat yang tidak bersuaraYaitu yang pendalilnya tidak bersuara, seperti pucat pada wajah, yang bermaknaorang tersebut malu, takut dan lain-lain.
3.Dalil Peletakan(Wadh’iyah)
Dalil peletakan adalah kalau keeratan antara pendalil dan yang didalili merupakankeeratan yang timbul karena pengistilahan atau peletakan, yang menjadikan adanya salahsatu dari keduanya – pendalil – sebagai dalil terhadap wujud yang lain – yang didalili.Seperti kata “buku” mempunyai hubungan erat dengan maknanya karena peletakan, bukan hubungan hakiki atau natural. Dengan dasar bersuara atau tidaknya dalil ini jugadibagi menjadi dua:
(i)Dalil peletakan yang bersuara, 
yaitu yang pendalilnya berupa suara.Semacam kata “buku” pada contoh di atas.
(ii)Dalil peletakan yang tidak bersuara, 
yaitu yang pendalilnya tidak  berupa suara. Semacam kata “buku” yang dituliskan , atausemacam rambu jalan, misalnya penunjukan tanda berhenti, belok kanan, dan lain-lainnya.
Peringatan!
Dengan melihat rambu-rambu jalan, kita dapat mengetahui dua hal. Pertama
, kitamengetahui bahwa ada orang yang membuat rambu-rambu tersebut. Dalil yang demikianadalah dalil aqli. Kedua, kita mengetahui bahwa kita disuruh berhenti atau belok kanan, misalnya. Makadalil ini adalah
dalil peletakan.
Dalil Kata Peletakan
Dengan penjelasan terdahulu dapat dipahami bahwa perpindahan akal dari suatu katakepada maknanya – pada dalil peletakan – terjadi karena hubungan yang sangat eratantara keduanya. Sehingga kalau kita mendengar katanya seakan kita melihat maknanya.Begitu pula kalau kita melihat maknanya seakan datang pula kata itu pada pikiran kita.Perpindahan itu bisa terjadi hanya pada akal yang mengetahui hubungan keduanya.
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan bahwa dalil kata peletakan
(wadh’iyah) – yang bersuara atau tidak – adalah “Suatu kata yang dengan mengetahuinya dari pembicara atau penulis – dapat mengetahui makna yang dimaksud. 

 Pembagian Dalil Kata
Dilihat dari segi cocok tidaknya suatu kata pada maknanya, kata dibagi menjadi tiga:
1.Dalil kata cocok (muthabiqiyah)
Dalil kata cocok adalah kata yang menjadi pendalil terhadap seluruh makna yangmemang telah diletakkan semula. Seperti, pendalilan kata “buku” terhadap seluruhmaknanya. Maka masuklah kulitnya, tulisan atau gambarnya, dan seluruh kertasnya.“Dalil cocok” ini sebenarnya merupakan asal dari peletakan suatu kata. Sedangkankedua dan ketiga dalam pembagian berikut merupakan cabang dari dalil cocok ini.


2.Dalil kandungan atau bagian(tadhamuniyah,
implication)Dalil kata kandungan adalah kata yang menjadi pendalil terhadap sebagian maknaawal. Misalnya pada kalimat “buku anda merah”, kata “buku” hanya menjadi pendalilterhadap kulitnya saja.


3.Dalil kata kelaziman(iltizam,concomitance)
Dalil kata kelaziman adalah kata yang menjadi pendalil terhadap suatu makna yang bukan maknanya, baik cocok atau bagian, namun merupakan kalaziman maknaasalnya. Seperti pendalilan kata air terhadap gelas pada kalimat, “berilah aku air”.

Syarat-syarat dalil kata kelaziman antara lain:
1.Kelaziman antara arti kata dan arti kelazimannya merupakan kelaziman dalamakal. Jadi, kelaziman keduanya tidak boleh hanya di luar akal.
2.Kelaziman antara keduanya harus merupakan kelaziman yang jelas; yakni begitu menggambarkan makna pertama, ia – akal – langsung dapatmenggambarkan makna kedua yang menjadi kelazimannya.
 

 Pembagian Kata (Lafazh)
Pembahasan kata yang selalu dibahas setelah pembahasan dali adalah pembagian kata.Pembagian terpenting pada kata ada tige bagian. Karena dalam pembagian katakadangkala kita melihat dari segi bahwa kata itu satu, kata itu berbilang atau dari segimutlaknya – bukan satu atau berbilangnya.
 

Pembagian Pertama Dilihat Dari Segi Satunya Kata
Kalau kita menggabungkan satu kata dengan artinya, terdapat lima pembagian padakata. Hal ini disebabkan, arti atau makna tersebut terkadang hanya satu, sebagaimanakatanya – yang kemudian disebut dengan kata khusus (mukhtash)– dan kadangkalamakna tersebut berbilang – lebih dari satu. Sedang kalau berbilang, mempunyai empat pembagian: Persekutuan(musytarak),Perpindahan (manqul), Improvisasi (murtajal), hakiki dan majazi.
1.Kata Khusus(Mukhtash) 

Kata khususadalah kata yang mempunyai satu makna. Misalnya, gunung, manusia, binatang, dll.
 

2.Kata Persekutuan(Musytarak)
Kata persekutuan adalah kata yang mempunyai makna berbilang sejak dari asal.Artinya, tidaklah yang satu mendahului yang lainnya dalam arti menirukannya kemudian. Misalnya kata “buku” yang bermakna tulang sendi; bagian yang keras pada pertemuan dua ruas; butir; beberapa helai kertas yang terjilid dll.
 

3.Kata Perpindahan(Manqul)
  Kata perpindahanadalah kata yang dipindahkan dari makna awal atau asalnya,karena adanya hubungan antara makna awal dengan makna kedua. Perpindahan inidisyarati dengan perpindahan yang benar-benar. Artinya, ketika kita mendengar katanya, maka makna kedualah yang mendahului datang ke akal kita. Misalnya kata“Kodak” yang arti asalnya adalah nama merk dari salah satu kamera. Kata tersebutkemudian berpindah dari makna asalnya menjadi kamera itu sendiri. Makna kedua inilebih cepat datang ke akal kita sewaktu kita mendengarkan kata tersebut, serta tidak membayangkan arti asalnya. Perpindahan kepada makna kedua itu mempunyaihubungan, yaitu karena kedua mempunyai fungsi sebagaimana makna pertama – alatuntuk memotret.


4.Kata Improvisasi(Murtajal)
Kata improvisasi adalah kata yang dipindahkan dari makna asalnya kepada maknakedua dengan tanpa adanya hubungan antara keduanya. Kata improvisasi inikebanyakan terdapat pada nama-nama, misalnya pada nama “shiddiq” yang artinya jujur, padahal si empunya mana mungkin pembohong. Begitu juga pada nama-namaseperti Abdullah (hamba sahaya Allah), Abdurrahman (hamba sahaya Yang MahaPengasih), dan sebagainya, yang peletakannya tidak memperhatikan kaitan danhubungan antara kedua maknanya.
 


5.Kata Hakiki dan Majazi
Kata hakiki dan majazi adalah kata yang mempunyai makna berbilang, tetapi padaasalnya kata tersebut hanya diletakkan pada salah satu maknanya. Kemudian, kata itudiletakkan pada makna yang lain karena adanya hubungan antara kedua maknatersebut. Namun, peletakan pada makna kedua tidak sampai menimbulkan perpindahan dan peletakan yang mandiri sebagaimana makna pertama. Peletakan kata pada makna pertama – yang asal dan mandiri – disebut dengan “hakiki”; misalnya,kata singa yang diletakkan pada binatang buas mirip macan. Sedang peletakan padamakna kedua – yang tidak asal atau tidak mandiri – disebut dengan majazi. Sepertikata singa yang diletakkan pada seseorang yang mempunyai sifat pemberani.
 

Perhatian!
1.Kata persekutuan, majazi dan improvisasi tidak bisa dibuat definisi – batasan – dan argumen, kecuali kalau diiringi dengan suatu alamat (tanda) yangmenjelaskan bahwa yang dimaksud adalah bukan makna asal. Akan tetapikalu improvisasi berubah menjadi perpindahan
(manqul),
maka tidak perluadanya alamat tersebut, karena perubahan kepada perpindahan itu sendirimerupakan suatu alamat yang menjelaskan maksudnya.


2.Kata Majazi memerlukan alamat dalam pemakaiannya, meski tidak untuk definisi dan argumen.

3.Kata perpindahan dibagi menjadi dua:
1.Perpindahan “ditentukan”(ta’yini), yaitu perpindahan yang awalnyadilakukan oleh orang tertentu. Perpindahan ditentukan ini sering terjadi pada setiap disiplin ilmu.

2.Perpindahan “tertentukan”(ta’ayyuni) yaitu perpindahan yang sejak awal dilakukan oleh sekelompok manusia dengan tanpa bermaksudmemandirikan peletakannya, akan tetapi karena sering dipakai danmenjadi terkenal, maka terjadi perpindahan dari makna asalnya kepadamakna yang kedua.


 Pembagian Kedua Dilihat Dari Segi Berbilangnya Kata
Maksud dari pembagian kata ini – dilihat dari segi berbilangnya kata – adalah pembagian yang didasari oleh perbandingan kata dengan kata yang lain. Artinya, kitamembandingkan satu kata dengan kata yang lain, sehingga dapat kita ketahui adakah diantara kata-kata itu yang mempunyai kesamaan arti atau tidak. Beberapa kata yang samaarti disebut “persamaan” misalnya jagat, dunia, alam; dan yang tidak sama artinya disebut“ perbedaan”; misalnya jagung, langit, dan lain-lain.


1.Persamaan(Taraduf, Muradif,Synonym, Sinonim)
Dengan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kata persamaan adalah, “Persekutuanbeberapa – lebih dari satu – kata dalam satu makna”.Misalnya, jagat-dunia, jadwal-daftar-tabel dan lain sebagainya.

2.Perbedaan(Mutabayin, Divregent)
 Dengan penjelasan di atas dapat pula dipahami bahwa kata perbedaan adalah, “
Setiapkata mempunyai satu makna”
atau “Jumlah makna sesuai dengan jumlah kata”.Contoh:rumah, gunung, dll.
 

Perhatian!
Perbedaan yang dimaksud di sini, bukan perbedaan yang dimaksud dalam bab yangakan datang, yaitu pada bab “Empat Perhubungan”, yang membahas bertemu tidaknya beberapa – lebih dari satu – kata dalam satu ekstensi (individu). Sebab di sini beberapakata yang berbeda arti, walaupun bertemu dalam satu ekstensi tetap dikatakan perbedaan,misalnya manusia dan rasional, berbeda dengan perbedaan di “Empat Perhubungan”.
 

Bagian-bagian Kata Perbedaan
Karena perbedaan antar kata mengikuti perbedaan antar makna, dank arena hubunganantar makna mempunyai pembagian: Persamaan, ketidaksamaan dan pertentangan, maka perbedaan kata juga terbagi menjadi tiga:


1.Perbedaan Persamaan (Tamatsul, Mitslan)
Perbedaan persamaan adalah beberapa kata yang berbeda makna, namun kitamemperhatikan – memandang – kesamaan essensi atau bagian essensi atau sifat-sifatyang mereka miliki; dan tidak memperhatikan – memandang – perbedaan yang dimiliki.Misalnya: Ahmad, Hasan, Ammar dan lain-lain yang mempunyai kesamaan essensi yaitusebagai manusia. Sedang perbedaan yang ada tidaklah kita lihat – perhatikan. Misalnya,dari segi nama, pekerjaan, umur, sifat, dll. Sedang contoh bagi kesamaan dalam bagianessensi adalah kuda dan manusia. Kalu kita lihat kesamaannya, yaitu kesamaan dalam bagian essensi keduanya – sebagai binatang – maka kuda dan manusia menjadi perbedaan persamaan. Akan tetapi kalau kita memandang perbedaannya maka akan menjadi perbedaan ketidaksamaan. (Lihat bagian berikut).
 

Tambahan
Kalau kesamaan dalam perbedaan di atas terdapat pada spesies (nau’) maka disebut“perserupaan”. Tapi kalau terdapat pada jenis (genus) disebut “perjenisan”(mutajanis) dan kalau terdapat pada jumlah disebut “kesamaan” (mutasawi) serta kalau terdapat padakeadaan (kaif, quality) disebut dengan mutasyabih
(serupa). Sedang nama untuk keseluruhan disebut perbedaan perserupaan atau perbedaan persamaan
(tamatsul,mitslan). Hukum dari perbedaan persamaan atau perserupaan ini adalah “Tidak bida berkumpul  – bersatu”.
 

2.Perbedaan Ketidaksamaan(Mutakhalif)
Perbedaan ketidaksamaan adalah beberapa kata yang berbeda dan dilihat dari segi perbedaannya; jadi tidak
dilihat dari segi persamaannya baik mempunyai kesamaandalam satu essensi atau bagian essensi atau sifat-sifatnya. Misalnya, Ahmad, Hasan, Ali,Ammar, dan lain-lain.Walaupun mereka sama dalam essensi mereka, yaitu sebagai manusia, tetapi kita tidak melihat dari segi persamaannya, melainkan kita melihat dari segi perbedaannya. Seperti perbedaan pada nama, tinggi, orang tua, berat, warna kulit, pekerjaan dan lain-lain.Contoh lain adalah kuda dan manusia, perbedaannya adalah manusia sebagai binatangrasional, sedang kuda sebagai binatang meringkik, misalnya.
 Hukum perbedaan ketidaksamaan adalah “Tidak bisa berkumpul kecuali bila terjadi pada sifat”.
Contoh dari perbedaan ketidaksamaan yang berkumpul adalah putih dan manis yang berkumpul pada gula misalnya; atau hijau dan pahit yang berkumpul pada empedu; danlain sebagainya.


3.Perbedaan Pertentangan(Taqabul)
Perbedaan pertentangan adalah beberapa kata yang berbeda makna dan tidak bisa berkumpul di satu tempat, waktu dan segi. Seperti: Manusia dan bukan manusia, melihatdan buta, atas dan bawah, hitam dan putih, dan seterusnya.
Penjelasan tiga syarat di atas:
1.    Disyaratkan dengan satu tempat, untuk mengangkat kemungkinan berkumpulnya beberapa makna dalam satu waktu tapi berlainan tempat.Seperti, Ahmad ada (di kelas) dan tidak ada (di rumah) pada jam 5 tepat.


2.     Disyaratkan dengan satu waktu, untuk mengangkat kemungkinan berkumpulnya beberapa makna dalam waktu yang berbeda. Seperti, panas dandingin pada satu tempat dalam waktu yang berbeda.

3.     Sedang syarat satu segi adalah untuk mengangkat kemungkinan berkumpulnya beberapa makna – lebih dari satu – dari segi yang berlainan.Seperti atas dan bawah yang berkumpul pada lantai dua, misalnya. Lantai duadikatakan atas dari – segi memandang – lantai pertama, sedang dikatakan bawah dari – segi memandang – lantai tiga dan seterusnya. Begitu juga sepertiayah dan anak bisa berkumpul pada Ahmad – misalnya – namun, dikatakanayah dilihat dari segi anaknya, sedangkan dikatakan anak dari segi ayahnya.

Perbedaan Pertentangan dibagi menjadi empat:

1.Pertentangan perlawanan (naqidhan)Adalah pertentangan antara positif dan negatif. Seperti manusia dan bukanmanusia, buku dan bukan buku, dll.

Pertentangan(Naqidhan)adalah dua makna yang bersifat wujud dan bukan wujud,yaitu bukan wujud dari wujud pertama. Hukum pertentangan adalah “
Tidak bisa berkumpul dan tidak bisa terangkat kedua-duanya”.
Maksudnya adalah tidak adasuatu wujud yang bisa disifati dengan kedua-duanya dan juga bisa lepas darikeduanya.Misalnya, alam. Maka ia tidak bisa kita katakana manusia dan bukan manusiasekaligus. Begitu juga kita tidak bisa mengangkat manusia dan bukan manusiadaripadanya. Yaitu kita katakan “Alam adalah bukan manusia dan bukan bukanmanusia”.Maka dari itu alam – dalam contoh tersebut – tidak bisa disifati dengan manusiadan bukan manusia sekaligus, begitu juga ia tidak bisa lepas dari keduanya. Alhasilalam harus mempunyai satu diantara keduanya, yaitu bukan manusia.


2.Pertentangan pemilikan dan tidak (Malakah wa ‘Adamuha)
Pertentangan pemilikan dan tidak adalah dua hal yang salah satunya merupakanwujud yang menyifati sesuatu yang sesuai untuk disifati, dan yang satu merupakanketidakwujudan dari wujud yang pertama, pada sesuatu yang sesuai untuk disifatitersebut.
Misalnya, melihat dan buta. Melihat adalah suatu wujud yang hanya dapatmenyifati sesuatu yang sesuai
untuk disifati. Sedang buta adalah ketidakwujudan dariwujud yang pertama – malihat – pada sesuatu yang sesuai untuk disifati tersebut.Seperti manusia dan binatang lainnya. Tetapi kalau pada sesuatu yang tidak sesuaiuntuk disifati – seperti pohon – tidak bisa dikatakan buta. Apalagi melihat.Maka dari itu pertentangan pemilikan dan bukan pemilikan bisa dikatakan terhadapsesuatu yang sesuai untuk disifati saja. Dengan demikian hukum pemilikan dan bukan pemilikan adalah “Tidak bisa berkumpul tetapi bisa terangkat kedua-duanya”.
Seperti melihat dan buta terangkat pada pohon, sebab pohon tidak bisa dikatakan buta, karena ketidaksesuaian tadi.


3.Pertentangan kontra (Dhiddan, Contrary)Adalah dua hal yang sama-sama berupa wujud yang saling bergantian menyifatisesuatu (maudhhu’,subject), dan untuk memahami yang satu tidak perlumembayangkan yang lain. Seperti, panas dan dingin, hitam dan putih, wanita dan pria, dll. Perlu diketahui bahwa:

1.Pertentangan kontra selalu berupa sifat.

2.“Saling bergantian”, yakni kalau yang satu datang maka yang lain pergi. Bukan kalau yang satu pergi yang lain datang.

3.Perbedaan keduanya harus merupakan perbedaan puncak. Sepertihitam dan putih, tidak seperti putih dan cokelat, merah dsb. Sebab“pertentangan” merupakan hubungan dari dua sesuatu, bukanmerupakan hubungan dari banyak hal – sesuatu.

Hukum pertentanga kontra adalah “Tidak bisa berkumpul, tapi bisa terangkat kedua-duanya”. Semacam warna hitam dan putih, terangkat pada benda yang berwarna merahmisalnya.

4.Pertentangan MutadhayifainPertentangan ini adalah “dua wujud yang untuk memahami – membayangkan – salah satunya haruslah memahami – membayangkan – yang lainnya”. Seperti ayahdan anak, atas dan bawah, dll.
Hukum pertentangan mutadhayifain ini adalah “Tidak bisa berkumpul tetapi bisaterangkat”.
Seperti rumah, pohon adalah bukan ayah dan bukan anak. Begitu jugaTuhan bukan di atas dan bukan di bawah
 

Pembagian Ketiga
Dilihat Dari Mutlaknya Kata
Maksud dari pembagian ini – dilihat dari segi mutlaknya kata – adalah pembagian yangdidasari atas perbandingan kata yang mutlak – tidak dilihat dari satu atau banyaknya kata – dengan maknanya. Maksud pembagian tersebut adalah untuk mengetahui adakah bagian katanya menunjukkan atau menjadi pendalil terhadap bagian maknanya atau tidak.Dengan dasar demikian, kata dibagi menjadi dua: Tunggal dan majemuk.
 

1.Kata Tunggal(Mufrad,Singular)
Kata tunggal atau mufrad adalah “kata yang bagiannya tidak menunjukkan bagianmaknanya”. Misalnya: Ali, Abdullah, rumah, alam, dll.
 

Penjelasan:
Seperti pada definisi di atas, kata tunggal adalah kata yang bagiannya tidak menunjukkan (menjadi penunjuk) kepada bagian maknanya. Mialnya kata Ali. Kalau kita perhatikan kata Ali merupakan gabungan dari A, L, dan I, dari AL dan I, atau A dan LI.Kemudian, kalau kita lihat makna dari kata Ali, kita juga menjumpai suatu wujud yangterdiri dari bagian-bagian, kepala, tangan, kaki, dsb. Sekarang, kalau kita perhatikan bagian kata Ali, dan kita hubungkan dengan bagian maknanya, dapat kita ketahui bahwa bagian kata Ali tersebut tidak menunjukkan (menjadi penunjuk) kepada bagian manapundari maknanya. Begitu pula, kata Abdullah – sebagai nama orang – dll. Inilah yangdimaksud dengan kata tunggal dalam istilah logika.

Bagian-bagian kata tunggal
Kata tunggal dibagi menjadi tiga:

1.Kata Nama (ism)seperti air, langit, Ali, sekolah, dll
.2.Kata kalimat (The word, the verb), seperti pergi, tidur, makan, dll.Dalamistilah bahasa disebut “kata kerja”.
3.Kata Alat (addaatun, the particle, the instrument).Seperi dengan, di, ke, dll.Dalam istilah bahasa disebut “kata Bantu”.
 

2.Kata Majemuk (Murakkab,Compound)Kata ganda atau murakkab adalah “kata yang bagiannya menunjukkan bagianmaknanya”. Misalnya, rumah besar, langit tinggi, Ali pandai, Fathimah pergi ke pasar,Abdullah – sebagai julukan – dll.
Penjelasan:
Denga memperhatikan penjelasan pada kata tunggal dapatlah dengan mudah andamengetahui kata majemuk dalam istilah ini. Yaitu kata yang bagiannya menunjukkan(menjadi petunjuk) kepada bagian maknanya. Seperti pada “Ali pandai” terdapatrangkapan “Ali” dan “pandai”. Kata Ali menunjukkan kepada pribadi Ali-nya, sedangkata pandai menunjukkan kepada sifatnya, yaitu kepandaiannya. Kata majemuk disini – ilmu logika – tidak sama dengan kata majemuk dalam istilah bahasa.


Bagian-bagian kata majemuk
Kata majemuk dibagi menjadi dua:

1.Lengkap(taam), yaitu kalimat sempurna. Seperti, Ali itu pandai, rumah itusuci, dll.
2.Kurang (naqish), yaitu kalimat yang tidak sempurna. Seperti “Kalau Alidatang…”, “Harga setiap insane…”, dll.

Kata Majemuk lengkap dibagi menjadi dua:

(i)Proposisi(khabar, proposition).Yaitu kalimat yang bisa disifati dengan benar atau salah, alias gabungan DHH. Lihat pembagian ilmu tashawuri dan tashdiqi.
Seperti, “Ali seorang alim”.

(ii)Kalimat keinginan (insya’).Yaitu kalimat yang tidak bisa disifati dengan benar atau salah, alias hubungan bukan hukum. Seperti “Tulislah!”,“Apakah kamu seorang sarjana?” dan lain-lain.
 

PAHAMAN DAN EKSTENSI
Sebagaimana telah kami terangkan dalam bab-bab terdahulu, bahwasanya wujud dalamakal merupakan pahaman dari wujud luar akal, sudah tentu keduanya mempunyai efek yang berbeda. Seperti api, di luar akal ia mempunyai efek membakar, menyinari dan lainsebagainya. Akan tetapi di dalam akal, ia – api – tidak mempunyai efek tersebut, bahkan

mempunyai efek lain, misalnya menakutkan. Wujud dalam akal itulah yang disebut pahaman, sedang wujud luar disebut ekstensi.
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan – walaupun bukan dengan definisi hakiki,lihat definisi ilmu dan bab definisi – bahwa pahaman (mafhum) adalah “Gambar sesuatudalam akal yang diambil dari Hakekat (wujud) sesuatu di luar akal”.
Misalnya Ahmad,manis, panas, suara ibu, harumnya bunga dan lain-lain.Sedangkan ekstensi (mishdaq) sebagai “  Hakikat (wujud) sesuatu yang kepadanya pahaman bisa diterapkan”atau “Hakekat (wujud) sesuatu yang darinya diambil suatu pahaman”. Misalnya Ahmad, manis, panas, suara ibu, harumnya bungan dan lain-lain.
 

Hubungan Pahaman dan Ekstensi
Adalah kecocokan pahaman itu sendiri dengan ekstensinya. Misalnya manusia, sebagai pahaman, berarti binatang rasional. Sedang hakekat (wujud) sesuatu yang kepadanya bisaditerapkan pengertian (pahaman) manusia atau binatang rasional, merupakan ekstensinya.Misalnya Ahmad, Ali, Ja’far, dsb.
 

Perhatian!
Istilah pahaman dan ekstensi di atas banyak dipakai dalam peristilahan logika danfilsafat. Namun, ada istilah lain yang jarang digunakan. Istilah tersebut adalah ekstensi yang bermakna umum “Sesuatu yang darinya diambil pahaman”. Istilah ini tidak hanyamencakup wujud luar, tetapi juga wujud dalam, seperti ilmu panca indera (hissi) dan pengertian tahap pertama. Sebab, pengertian tahap pertama diambil dari ilmu pancaindera, sedang pengertian tahap kedua diambil dari pengetahuan tahap pertama.
 

Pembagian pahaman
Pahaman dilihat dari segi ekstensinya dibagi menjadi dua. Sebab, pahaman terkadangmempunyai satu ekstensi saja sedang yang lain tidak. Denga demikian pahaman dibagimenjadi dua, partikulir dan universal.
 

1.Pahaman Partikulir (Juzi)
Pahaman partikulir adalah “Suatu pahaman yang mempunyai satu ekstensi”.
Seperti pahaman Ahmad, Jakarta, Indonesia, buku ini dan lain-lain.


Pahaman partikulir dibagi menjadi dua,
 Hakiki dan hubungan.

1.Partikulir hakikiAdalah yang sesuai dengan definisi di atas. Seperti pahaman Ahmad dan lain-lain.
2.Partikulir hubungan (Idhafi)Adalah suatu pahaman yang dihubungkan dengan pahaman yang lebih luas.Misalnya Ahmad, dihubungkan dengan manusia dan lain-lain.
 

Perhatian!
Partikulir Hubungan ini kadangkala partikulir hakiki, seperti Ahmad – apabila kitamemandang secara mandiri, maka ia adalah pahaman partikulir hakiki. Tetapi kalau kita lihat Ahmad, kemudian kita hubungkan dengan pahaman yang lebih luas misalnyamanusia, maka ia menjadi pahaman partikulir hubungan. Dan kadangkala partikulir hubungan berupa pahaman universal, misalnya manusia. Pada hakekatnya manusiaadalah pahaman universal, karena ia mempunyai ekstensi lebih dari satu, seperti Ahmad,Ali dan yang lain. Akan tetapi karena kita menghubungkan dengan pahaman yang lebihluas, misalnya binatang, maka ia menjadi partikulir hubungan. Begitu juga kalau kitamenghubungkan binatang dengan benda hidup, benda hidup dengan benda, dst, maka pahaman-pahaman universal tersebut menjadi pahaman partikulir hubungan.
 

2.Pahaman Universal
Pahaman universal adalah “Suatu pahaman yang mempunyai banyak – lebih dari satu – ekstensi”.
Misalnya manusia, binatang, buku, rumah, sekutu Tuhan, Tuhan, dll.
 

Perhatian!
Pahaman universal ini tidak harus mempunyai ekstensi yang nyata, yakni, boleh jadihanya di alam misal. Sebab, kadangkala akal memahami suatu pahaman universal tanpamengambil dari ekstensi-ekstensi yang nyata – ada. Bahkan akal hanya mentakdirkanatau memisalkan saja, dalam akal pikiran, ekstensi-ekstensi yang banyak yang bisaditerapkan kepada ekstensi-ekstensi tersebut pahaman universal yang dipahaminya.Misalnya, sekutu Tuhan, perkumpulan (pertemuan) antara dua hal yang bertentangan dsb.Pahaman universal kadangkala juga hanya mempunyai satu ekstensi pada hakekatnya,namun akal memahaminya sebagai pahaman universal. Dalam hal ini akal tidak melakukan kesalahan, dan pahaman universal itupun tidak rusak. Misalnya pahamantentang Tuhan atau pencipta. Tuhan atau Pencipta mempunyai pengertian universal ,yaitu sesuatu yang menciptakan – alam ini. Apapun bentuknya dan berapapun jumlahnya.Maka dari itu untuk mengatakan bahwa Tuhan itu satu memerlukan argument. Danseandainya tidak memerlukan argument maka tidak akan ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu dua, tiga dst, sebagaimana yang kita dengar dari pengakuan-pengakuanmereka itu.


Pahaman universal dibagi menjadi dua bagian,
Universal sama danUniversal beda.
1.Universal sama (mutasawi, mutawathi)Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, sama.Misalnya, manusia.


2.Universal beda (tafawut, musyakkik)Adalah pahaman universal yang ekstensi-ekstensinya, satu sama lain, berbeda.Misalnya benda putih, wijud, dll.Benda putih bisa diterapkan pada awan, air, kapur, salju, dll yang diantara merekaterdapat perbedaan, yaitu dari segi putihnya, yang satu lebih kuat dari yang lain, dan yanglain lebih lemah. Berbeda dengan manusia, yang tidak bisa salah satu ekstensinyadikatakan lebih baik, kuat, lemah, kemanusiaannya atau kebinatangan- rasionalnya. Dankalau terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut terdapat di luar kemanusiaannya.Semacam tinggi-rendahnya, pandai-tidaknya, dll.

EMPAT PERHUBUNGAN
Kalau dua pahaman universal yang saling berbeda makna dihubungkan maka akanmenghasilkan apa yang disebut sebagai “Empat Perhubungan”. Artinya, hasil perhubungan tersebut tidak akan keluar dari empat macam bentuk.Maksud dari menghubungkan di sini adalah kita melihat kedua pahaman yangdihubungkan, dalam ekstensi masing-masing. Adakah keduanya saling bertemu atautidak. Kalau bertemu, adakah bertemu dalam seluruh ekstensi keduanya atau sebagian.Dan kalau pada sebagian, adakah yang satu lebih luas dari yang lain atau sama-samamempunyai keluasan dalam satu segi tersendiri. Dengan demikian hubungan tersebutmenjadi empat macam: Bertemu pada seluruh ekstensi, bertemu pada sebagian ekstensidan yang satu berpisah dari yang kedua pada ekstensi yang lain, bertemu pada sebagianekstensi dan keduanya saling berpisah pada ekstensi yang lain yang salingmengkhususkan keduanya atau keduanya tidak saling bertemu.
 

1.Hubungan Sama (Tasawi, Equivqlence)
Hubungan sama adalah “Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu pada semua ekstensi keduanya”.
Misalnya manusia dan rasional. Maknakeduanya berbeda, sebab manusia adalah bunatang rasional dan berupa golongan(spesies,nau”), sedang rasional adalah bagian essensi manusia dan berupa differentia
(pembeda) manusia. Akan tetapi keduanya saling bertemu pada ekstensi masing-masing.Maka dari itu dapat kita katakan sebagai berikut:


1.Semua manusia, rasional.
2.Semua rasional, manusia.Kalau kita ganti manusia dengan huruf A, dan rasional dengan huruf B, sedang samakita ganti dengan tanda =, maka hubungan di atas akan menghasilkan A=B dan B=A.
 

2.Hubungan Umum dan Khusus Mutlak
Hubungan umum dan khusus mutlak adalah “
 Dua pahaman universal yang berbedamakna, yang satu mencakup pahaman lainnya pada ekstensi keduanya, dan tidak  sebaliknya”.
Misalnya binatang dan manusia. Ekstensi binatang mencakup manusia dan bukan manusia – dari benda berkembang yang perasa (binatang). Sebab pahaman binatang adalah “Benda berkembang yang perasa dan bergerak dengan kehendak”.Sedang pahaman manusia hanya mempunyai ekstensi yang berupa binatang rasional(tidak seluruh binatang). Jadi kita dapat mengatakannya sebagai berikut:


1.Sebagian binatang adalah manusia, sebagian binatang adalah bukan manusia.
2.Setiap manusia adalah binatang. Kalau kita ganti binatang dengan huruf A, dan manusia dengan huruf B, sedang lebihluas (umum) dan khusus kita ganti dengan tanda >, <, maka hubungan di atas menjadiA>B atau B<A.
 

3.Hubungan Umum dan Khusus Dari Satu Segi
Hubungan umum dan khusus dari satu segi adalah“Dua pahaman universal yang berbeda makna, yang saling bertemu dan berpisah pada sebagian ekstensi keduanya”.
Misalnya putih dan burung. Ekstensi putih terkadang bertemu dengan ekstensi burung,yaitu pada burung putih, tapi terkadang berpisah, yaitu pada putih yang bukan burung.Begitu juga halnya dengan burung, yaitu bertemu dengan putih pada burung putih dan berpisah dengannya pada burung yang tidak putih. Inilah yang dimaksud dengan umumdan khusus dari satu segi. Artinya dari satu segi – misalnya dari segi putih – nampak yangsatu (putih) lebih luas dari yang lain (burung). Dengan uraian di atas dapatlah kitamengatakan sebagai berikut:


1.Sebagian putih, burung.
2.Sebagian putih, bukan burung.
3.Sebagian burung, putih.
4.Sebagian burung, bukan putih.Kalau putih kita ganti dengan huruf A dan burung dengan huruf B, sedang bertemu(lebih khusus) dan berpisah (lebih umum) pada sebagian kita ganti dengan lambing (x),maka umum dan khusus dari satu segi menjadi A x B.
 

4Hubungan Perbedaan
Hubungan perbedaan adalah “dua pahaman universal yang berbeda makna, yang  saling tidak bertemu pada ekstensi masing-masing”.
Misalnya, manusia dan benda mati.Ekstensi manusia tidak pernah bertemu dengan ekstensi benda mati, begitu pulasebaliknya. Dengan demikian kita dapat mengatakan sebagai berikut:1.Semua manusia, bukan benda mati.2.Semua benda mati, bukan manusia.Kalau manusia kita ganti dengan huruf A dan benda mati dengan huruf B, sedangketidakbertemuannya kita ganti dengan lambang garis sejajar yang menunjukkan duagaris tidak pernah bertemu, maka hubungan di atas menjadi A // B.
 

HUBUNGAN PERLAWANAN DUA UNIVERSAL
 Sebagaimana anda ketahui, hubungan dua universal dari pahaman-pahaman universalyang ada menghasilkan 4 macam perhubungan. Pada bab ini kami akan menyajikanhubungan dua pahaman universal yang masing-masing diperlawankan terlebih dahulu.Misalnya, dua pahaman, manusia dan rasional, menjadi
bukan manusia dan bukanrasional.
Untuk membuktikan hasil dari memperlawankan kedua pahaman tersebut, akandipakai suatu cara (jalan) yang disebut dengan “cara riset” (sirkel, keraguan,
researchcircle, istiqsha, dauran, tardid).
Yaitu mengumpulkan semua yang bisa dimungkinkan,kemudian ketika terbukti ketidakbenaran semuanya kecuali satu, maka yang terakhir inilah yang benar. Cara ini juga dipakai oleh salah seorang ulama terkenal Syeikh RidhaMuzhaffar dalam masalah ini dalam
Mantiq-nya. 

1.Perlawanan Hubungan Sama
Seperti kami terangkan di atas, untuk mengetahui hasil dari perlawanan sama ini, kamiakan menguraikan semua kemungkinannya. Dengan demikian hasil tersebut tidak akankeluar dari empat perhubungan.
Sebab pertama,
 perlawanan pahaman universal tetapmerupakan pahaman universal. Misalnya “bukan manusia” yang diperlawankan dengan pahaman manusia. Pahaman bukan manusia ini mempunyai banyak ekstensi seperti pohon, batu, gunung, langit, dll.
Sebab kedua,
sebagaimana maklum, setiap pahamanuniversal yang dihubungkan dengan pahaman universal lainnyaakan menghasilkan empat perhubungan – lihat empat perhubungan. Kalau tidak keluar dari empat perhubungan,maka perlawanan hubungan sama akan menjadi salah satu dari hubungan perbedaan,umum dan khusus mutlak, umum dan khusus dari satu segi atau menjadi hubungan sama.Untuk mempermudah pembuktiannya, kita akan memakai huruf dan lambang yangsudah kami jelaskan pada pelajaran empat perhubungan. Dengan demikian uraiannyasebagai berikut:Hubungan sama adalah A = B.Perlawanannya tidak akan keluar dari,1.–A // -B2–A X –B3–A > -B4.–A < -B5.–A = -B
 







Keterangan:(-) berarti bukan dan lain-lain yang menunjukkan kenegatifan.Pada nomor 1 sampai dengan 3 dapat dikatakan bahwa A tidak berkumpul – setidaknya – dengan –B pada sebagiannya. Maka dapat kita katakana bahwa “-A tanpa –B”. Berarti“-A bersama B, sebab, dua hal yang berlawanan tidak terangkat kedua-duanya – lihat perbedaan perlawanan. Dengan demikian, akan menghasilkan ketidakbenaran perkataan, bahwa “A bersama B”, sebab dua perlawanan tidak berkumpul. Dengan uraian inimenjadi jelas bahwa ketiga hubungan itu tidak benar, sebab menghasilkan kesalahan daristatemen “A bersama B” padahal hubungan asalnya adalah “A bersama B” yaitu “A=B”.Kita urai satu kemungkinan lagi dari dua kemungkinan yang masih belum kita uraikan“-A < -B” dan “-A = -B”. Kalau menjadi “-A < -B” maka “-B tanpa –A”. Kemudianmenjadi “-B bersama A”, sebab perlawanan dua hal tidak terangkat, maka tidak benarlah

 perkataan bahwa “B bersama A”, sebab perlawanan dua hal tidak berkumpul semua.Dengan demikian hasil ini –A < -B juga tidak benar, sebab menyimpang dari hubungansemula, yaitu A = B atau B = A alias “A bersama B” atau “B bersama A”. Dengan uraiandi atas dapat dikatakan bahwa hasil yang benar adalah “-A = -B”, sebab kemungkinanyang lain yang ada, telah terbukti kesalahannya. Perlu diketahui, bahwa menjadi limahubungan yang dimungkinkan di atas karena pada hubungan umum dan khusus mutlak  bisa berbalikan. Berarti bukan ada hubungan baru yang keluar dati empat perhubungan.
 




2.Perlawanan Hubungan Umum dan Khusus Mutlak
Pada perlawanan hubungan umum dan khusus mutlak ini kami akan menguraikannyaseperti pada perlawanan hubungan sama.Hubungan umum dan khusus mutlak yakni A>B atau sebaliknya, perlawanannya tidak akan keluar dari:1.-A=-B2.-A//-B3.-AX-B4.-A>-B5.-A<-BHubungan pertama –A=-Bakan menghasilkan “A=B”, sebab perlawanan hubungansama menghasilkan hubungan sama juga. Maka hasil ini - ( -A=-B ) tidak benar, sebabkembalinya, menjadi hubungan sama, yaitu “A=B”. padahal hubungan yang dikehendakiadalah hubungan umum dan khusus mutlak, yaitu “A>B”.Pada hubungan nomor 2 sampai nomor 4, dapat disimpulkan menjadi “-A tanpa –B”,walaupun hanya pada sebagian ekstensinya. Maka dapat diuraikan menjadi “-A bersamaB”, sebab perlawanan dua hal tidak terangkat semua. Uraian ini menghasilkan “B tanpaA”. berarti ada ekstensi B yang tidak tercakup A. Padahal hubungan yang dikehendakisemula adalah A>B. Artinya semua ekstensi B tercakup A dan tidak sebaliknya. Dengandemikian, hasil pada nomor 2 sampai nomor 4 tidak benar. Maka tertentulah hasil dari perlawanan hubungan umum dan khusus mutlak, namun terbalik A yang tadinya lebihumum, sesudah diperlawankan menjadi lebih khusus, -A<-B. 


3.Perlawanan Hubungan Umum dan Khusus Dari Satu Segi
Perlawanan dari hubungan umum dan khusus dari satu segi ini menghasilkan 2 bentuk hubungan.
 Pertama:
Menjadi hubungan umum dan khusus dari satu segi juga. Misalnya, putih dan burung yang menjadi
bukan-putih dan bukan-burung.
Bukan-putih berpisah dengan bukan-burung pada burung yang bukan putih, begitu pula sebaliknya, yakni bukan- burung. Sedang bukan-putih berkumpul dengan bukan-burung pada batu-hitam, langit- biru, dll, begitu juga sebaliknya.
 Kedua:
Menjadi hubungan perlawanan. Misalnya binatang dan bukan manusia yangmenjadi
bukan-binatang dan bukan-bukan-manusia,
ataubukan binatang dan manusia,sebab menolak penolakan berarti menetapkan. Pada contoh ini, bukan-binatng tidak  pernah berkumpul dengan manusia. Begitu pula sebaliknya, sebab setiap yang bukan binatang pasti bukan manusia, dan setiap manusia pasti binatang. Setiap manusia pasti bukan-bukan-binatang, sebab manusia adalah binatang.Kalau dua hasil di atas kita gabungkan akan menghasilkan apa yang dikatakan para ahlilogika dengan istilah “perlawanan partikulir”. Artinya adalah tidak berkumpul, walaupunsetidaknya pada sebagian ekstensi keduanya.Gabungan tersebut adalah sebagai berikut:Pada contoh pertama-A X –BPada contoh kedua-A // -B __________________________________ Menjadi-A tanpa –B
 

Penjelasan dengan cara sirkel
Hubungan umum dan khusus dari satu segi adalah AXB.Perlawanannya tidak akan keluar dari:1. –A = -B3. –A < -B5. –A // -B2. –A > -B4. –A X –BPada hasil pertama tidak bisa dibenarkan, sebab setelah dikembalikan, akan menjadi A=B – sebab perlawanan hubungan sama adalah sama – sedang hubungan yang dikehendakiadalah AXB.Pada hasil kedua dan ketiga juga tidak bisa dibenarkan. Sebab setelah dikembalikan –A >-B menjadi A < B, dan –A < -B menjadi A > B. Artinya, hubungan tersebut menjadihubungan umum dan khusus mutlak. Sedang yang dikehendaki adakah umum dan khususdari satu segi.Dengan demikian maka tertentulah bahwa hasil perlawanan dari umum dan khusus darisatu segi adalah perlawanan partikulir, alias sebagian hasilnya umum dan khusus dari satusegi dan pada sebagian yang lain menghasilkan hubungan perlawanan.
 
  








4.Perlawanan Hubungan Perlawanan
Perlawanan hubungan perlawanan juga menghasilkan hubungan partikulir. Misalnyaada dan bukan-ada. Perlawanannya adalah bukan ada dan bukan-bukan-ada atau bukan-ada dan ada. Dengan demikian hasilnya juga merupakan hubungan perlawanan, yaitutidak pernah berkumpul (bertemu) pada ekstensi2 kedunya. Sedang contoh yangmenghasilkan umum dan khusus dari satu segi adalah manusia dan batu yang menjadi bukan-manusia dan bukan-batu. Bukan-manusia berkumpul dengan bukan-batu pada pohon, langit dan lain-lainnya; dan berpisah dengan bukan-batu di batu, begitu pulasebaliknya. Yaitu, bukan-batu berkumpul dengan bukan-manusia pada langit, laut, pohondan lain-lain; dan berpisah dengan bukan-manusia pada manusia.

Penjelasan dengan cara sirkel
Hubungan perlawanan adalah A//B.Perlawanannya tidak akan keluar dari:1. –A=-B3. –A<-B5. –A//-B2. –A>-B4. –AX-BDengan uraian seperti pada hubungan umum dan khusus dari satu segi, hasil perlawananhubungan perlawanan ini, juga menmghasilkan hubungan perlawanan partikulir.



LIMA UNIVERSAL
Pembagian lain yang sangat penting terhadap pahaman universal adalah pembagianuniversal menjadi lima bagian, yaitu golongan, pembeda, jenis, sifat umum dan sifatkhusus, yang terkenal dengan nama “lima universal” (kulliyatu al-khamsah, Isagoge).
Pembagian ini sangat penting karena selain banyak berperan dalam pembahasan filsafatdan pembahasan lain dalam logika, ia juga sangat berperan dalam subyek pertama ilmulogika – yaitu definisi. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa mengetahui pembagian ini,seseorang tidak akan dapat mendefinisikan sesuatu secara baik dan logis.Pembagian pertama dalam bahasan Lima Universal ini adalah pembagian pahamanuniversal menjadi dua bagian,
Universal Zat dan Universal Sifat.  


1.Universal Zat (Kulli Zati, Universal Essential)
Universal Zat adalah “pahaman universal yang menjadi asas essensi (hakekat) suatuekstensi (individu)” atau “pahaman universal yang masuk dalam essensi suatu ekstensi”
Penjelasan:
Maksud dari definisi di atas adalah satu pahaman universal yang kalau tidak dibubuhkan dalam essensi suatu individu, maka individu tersebut tidak bisa menjadiwujud. Misalnya benda, binatang, dan rasional terhadap Ahmad sebagai individu darimanusia. Kalau pahaman benda, binatang atau rasional kita ambil dan tidak dimasukkandalam essensi Ahmad, maka si Ahmad tidak bisa digolongkan dan dikategorikan sebagaimanusia. Sebab benda, binatang dan rasional merupakan suatu yang harus dimiliki olehessensi manusia atau hakekat manusia. 





2.Universal Sifat (Kulli ‘Aradhi, Universal Accidental)
Universal sifat adalah “pahaman universal yang tidak termasuk dalam essensi suatuekstensi”.
Penjelasan:
Maksud dari definisi di atas adalah suatu pahaman yang merupakan kebalikan dari pahaman zat. Yaitu suatu pahaman yang ada dan tidaknya tidak mempengaruhi essensisuatu ekstensi. Artinya, suatu ekstensi tetap wujud sekalipun pahaman tersebut kita cabut

darinya. Misalnya tertawa, berjalan (sebagai sifat bukan kata kerja), sarjana dan lain-lain.Kalau kita cabut sifat-sifat tersebut dari Ahmad – misalnya – sebagai ekstensi dari pahaman manusia, maka Ahmad tetap tergolong manusia. Sebab zat-zat manusia pada siAhmad masih tetap dikatakan manusia, karena binatang rasional masih tetap ada padanya. 


Sifat-sifat Khusus Universal Zat
Ciri-ciri khusus universal zat yang banyak dikenal ada 4 macam. Namun padahakekatnya sebagian universal sifat mempunyai kesamaan sifat dengan universal zat padatiga dari empat sifat tersebut.Empat ciri tersebut adalah:


1.Universal zat tidak bisa dipisah dari ekstensinya, baik pada wujud-luar atau dalam.Seperti binatang pada manusia, kuda dan lain-lain, baik pada wujud-luar atau dalam.Pahaman binatang tidak boleh dipisahkan dari manusia atau kuda dan lain-lainnya.Tidak seperti sifat rajin, atau putih pada tembok, yang bisa dipisahkan dari si rajindan tembok. Akan tetapi sifat ini, yakni tidak terpisahnya universal zat dariekstensinya, tidak khusus dimiliki universal zat, sebab sebagian universal sifat jugamempunyai sifat ini. Misalnya ganjil pada angka 3, 5, 7, dan seterusnya. Ganjil tidak  bisa dipisahkan dari angka-angka tersebut walaupun bukan merupakan zat mereka.Baik dipisahkan di wujud luar atau dalam.

2.Universal zat tidak disebabkan oleh sesuatu, atau – dengan kata lain – tidak bersebab.Maksudnya, kezatannya pada suatu ekstensi bukan merupakan akibat dari suatu penyebab selain dari essensi itu sendiri. Misalnya, kebinatangan pada manusia.Kebinatangan pada manusia buka merupakan akibat dari sesuatu yang lain darikemanusiaan itu sendiri. Artinya, ia (manusia) binatang karena ia manusia. Bukanlantaran sesuatu yang lain yang telah memberinya – manusia – kebinatangan. Tidak seperti pada universal sifat yang merupakan akibat dari sesuatu yang lain. Sepertitertawa yang diberikan Allah pada manusia, atau seperti putihnya tembok, yangmerupakan akibat dari putihnya kapur.Dan putihnya kapur sendiri merupakan akibat dari sesuatu yang lain, sebab putih pada kapur bukan merupakan zat kapur. Sifat kedua ini pun tidak hanya dimilikiuniversal zat secara khusus, sebab sebagian universal sifat mempunyai cirri semacamini. Misalnya pada contoh nomor 1.

3.Universal zat terang ketetapannya atau mudah(badihi, dharuri).Artinya, dalammenetapkan kebinatangan atau kerasionalan pada manusia – misalnya – tidak memerlukan pikiran dan argumen. Berbeda dengan menetapkan sifat pandai, penyair,sarjana pada si Ahmad, misalnya. Akan tetapi sifat ini pun dimiliki oleh kebanyakanuniversal sifat. Seperti tinggi pada langit, panas pada api, putih pada kapas dan lain-lain.






4.Universal zat mendahului essensi dalam wujud dalam. Yaitu, binatang dan rasionalharus dibayangkan terlebih dahulu sehingga dapat membayangkan manusia. Tidak seperti sifat pandai, penyair, putih dan lain-lain yang membelakangi essensi manusiaatau kapas dan lain-lain dalam kepahaman. Dalilnya adalah sebagai berikut:

Essensi, haruslah merupakan gabungan dari beberapa universal zat (lihat babdefinisi). Dan setiap yang mempunyai bagian pasti didahului oleh bagiannya. Dahulumendahului disini bukan dahulu mendahului dalam waktu, tetapi dalam tingkatanyang dalam istilah logika dan filsafat disebut “dahulu-mendahului zati”. Dengandemikian universal zat mendahului essensi. Dan sudah tentu juga mendahuluiuniversal sifat. Jadi, membayangkan zat-zat kemudian membayangkan essensi lalumembayangkan sifat.Contoh:

Binatang rasional, kemudian manusia, lalu penyair.Sebenarnya, sifat yang dimiliki universal-zat secara khusus hanyalah sifat yangterakhir ini. Oleh karena itulah sifat tersebut merupakan sifat pembeda antarauniversal zat dan sifat. 

Pertanyaan siapa-Dia ?Dan Apa-Dia ?
Sebelum kita lanjutkan pembahasan universal, Kami palingkan Anda pada suatumasalah yang perlu diketahui sebelum memasuki pembahasan tersebut. Yaitu mengenaikata Tanya “Siapa-Dia”dan “Apa-Dia”.Kata tanya “Siapa-Dia” adalah menanyakan ciri2 atau sifat2 sesuatu yang ditanyakan.Dan jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut adalah menyebutkan sifat2 sesuatuyang ditanyakan. Misalnya, “Siapakah-Dia-yang menjadi khotib di masjid fulanitu ?”jawabnya-misal-adalah-bapak Ahmad; yang mempunyai pesantren fulan; pengarang buku fulan; lulusan universitas fulan; dan lain2. Dalam pertanyaan ini tidak bolehdijawab dengan –misal – manusia;binatang rasional dan lain2 yang berupa zat. Sedang pertanyaan “apa-Dia” adalah menanyakan hakekat atau essensi sesuatu yang ditanyakan.Dan jawaban yang benar adalah menyebutkan essensi yang dimilikinya, baik secaraglobal maupun rinci. Misalnya pertanyaan tentang “Apakah Ahmad, manusia, dan kudaitu ?”.Jawaban yang benar untuk menawab pertanyaan semcam itu adalah dengan menyebutzat2 yang dimiliki oleh sesuatu yang ditanyakan. Baik menyebutkannya secara globalmaupun rinci, secara lengkap atau tidak, misalnya Ahmad adalah “manusia”, atau“binatang” atau “binatang rasional” atau 

 “benda berkembang yang perasa yang bergerak dengan kehendak dan rasional”.
 














Kesimpulan:
 Pertama: pertanyaan “siapa-Dia” adalah untuk menanyakan sifat2(‘aradh,accident) sesuatu yang ditanyakan.
 Kedua: pertanyaan “apa-Dia “adalah untuk menanyakan zat-zat sesuatu yangditanyakan, baik keseluruhan atau sebagian, secara global maupun rinci.
 
Pembagian Universal Zat dan Sifat
Pembagian kedua dalam bahasan lima universal adalah pembagian terhadap universalzat dan sifat. Universal zat dibagi menjadi tiga bentuk pahaman: golongan, jenis dan   pembeda. Sedang universal sifat dibagi menjadi dua bentuk pahaman, sifat khusus dan umum. 


1.Universal-Golongan (Nau’, species)
Kalau ada orang bertanya, “Apakah Ahmad, Ali, Hasan, dan Ja’far itu?”. Untuk menjawab pertanyaan diatas kita harus memperhatikan dua hal dibawah ini:Pertama, pertanyaan tersebut tidak dapat kita jawab dengan menyebutkan sifat2mereka, dengan mengatakan, misalnya, “Mereka adalah siswa sekolah fulan”. Sebabyang ditanyakan adalah hakekat (essensi) mereka (apa-dia) dan bukan identitas mereka.Kedua, individu2 (ekstensi2) yang ada satu sama lain – mempunyai kesamaan essensi(hakekat). Dan jumlah (banyak) yang ada pada mereka hanya terdapat pada bilangannyasaja (bukan jumlah dalam banyak ragam hakekat).Dengan memperhatikan dua hal diatas dapat kita simpulkan bahwa jawaban dari pertanyaan tersebut adalah satu jawaban, yang didalamnya tergabung 4 individu yangsama essensinya. Dan sudah tentu harus berupa zat bukan berupa sifat. Jawaban inilahyang dikatakan golongan yang jawabannya – sesuai dengan contoh – adalah “manusia”.
 Dengan demikian, golongan dapat kita definisikan sebagai “Suatu pahaman universal tentang hakekat, yang didalamnya terdapat gabungan, yang jumlahnya hanya terdapat  pada bilangannya saja, dan untuk menjawab pertanyaan apa-dia”
 

2.Universal-Jenis (Jins, Genus)
Kalau ada orang bertanya, “Apakah Eko, kuda, gajah, dan singa ini?”. Untuk menjawab pertanyaan diatas kita harus memperhatikan dua hal di bawah ini:Pertama, pertanyaan tersebut menanyakan hakekat mereka – apa – dia – bukan identitasmereka – siapa-dia.Kedua, ekstensi-ekstensi yang ada – satu sama lain – berbeda essensi.Dengan memperhatikan dua hal diatas dapat kita simpulkan bahwa jawaban pertanyaantersebut adalah suatu jawaban, yang tergabung di dalamnya empat individu (ekstensi)yang tidak mempunyai kesamaan essensi. Jawaban inilah yang dikatakan jenis yang jawabannya – sesuai dengan contoh – adalah binatang. Karena binatang mencakup Eko,kuda, gajah dan singa.
 Dengan demikian, kita dapat mendefinisikan universal-jenis dengan, “Suatu pahamanuniversal tentang hakekat, yang di dalamnya terdapat gabungan, yang jumlahnya(banyaknya) terdapat pada essensi dan untuk menjawab pertanyaan apa-dia atau “Suatu pahaman universal tentang hakekat yang di dalamnya terdapat gabungan, yang satu sama lain berbeda essensi dan untuk menjawab pertanyaan apa-dia”.
 
  












3.Universal-Pembeda (Fashl, Differentia)
Setelah jenis sesuatu diketahui, mungkin timbul pertanyaan lain yang layak untuk ditanyakan. Misalnya, setelah diketahui bahwa Eko adalah dari jenis binatang, penanyamungkin ingin mengetahui pembeda Eko dari yang lainnya, maka ia bertanya – missal – “Apakah zat pembedanya?”

Untuk menjawab pertanyaan diatas kita juga harus memperhatikan dua hal dibawah ini:Pertama, pertanyaan tersebut menanyakan hakekat atau zat, bukan sifat atau identitas.Hal ini nampak jelas pada pertanyaan “apakah zat pembedanya?”Kedua, karena essensi merupakan gabungan dari jenis dan pembeda (lihat bab definisi)maka zat yang ditanyakan adalah bagian dari suatu essensi yang merupakan pembeda dariyang lainnya dan pengkhusus bagi essensi itu sendiri. Rasional, merupakan jawaban daricontoh diatas.Dengan memperhatikan dua hal diatas dapatlah kita mendefinisikan pembeda dengan“suatu pahaman universal tentang bagian pengkhusus suatu essensi yang untuk menjawab pertanyaan, apakah zat pembedanya”.
 






4.Universal Sifat Khusus(‘Aradh Khash, property)
Dalam banyak hal kita dapat melihat sesuatu, baik golongan maupun jenis atauekstensi, yang mempunyai suatu kekhususan pada dirinya. Namun kekhususan itu secaraakal dapat dipisahkan dari pemiliknya. Artinya, kalau kekhususan itu dipisahkan dari pemiliknya, essensi pemilik tersebut tetap utuh. Dengan demikian kekhususan yangdimiliki tidak masuk dalam essensi pemiliknya. Misalnya tertawa, yang menjadi salahsatu sifat khusus dari golongan manusia.
 Dengan penjelasan diatas, dapatlah kita mendefinisikan sifat khusus sebagai“Pahaman universal yang berupa (bisa dijadikan) predikat yang khusus bagi dan keluar dari essensi subyeknya” atau “Pahaman universal yang berupa hukuman yang khususbagi dan keluar dari essensi yang dihukum” atau “Pahaman universal yang berupa suatu keterangan – yang menerangkan – yang khusus bagi dan keluar dari essensi yang diterangkan”.
Penjelasan
Istilah subyek (maudhu’, subject), dihukum (D, mahkum ilaih, mahkum) dan yangditerangkan (D), mempunyai satu arti, yaitu sesuatu yang dihukumi atau diterangkan.Misalnya, manusia pada proposisi “manusia adalah binatang”, “manusia adalah binatangrasional”, “manusia adalah tertawa – yang tertawa” dll. Namun yang akan sering dipakai dalam buku ini adalah 2 istilah pertama. Begitu pulatentang istilah predikat (mahmul, predicate), hukuman (H, mahkum bihi, hukum) danketerangan (yang menerangkan, M) mempunyai satu arti, yaitu sesuatu yangmenghukumi, ketetapan atau menerangkan. Misalnya pahaman binatang, binatangrasional, tertawa – yang tertawa – dan lain2 pada contoh proposisi diatas. Perlu diingat bahwa kedua predikat pertama – binatang dan binatang rasional – merupakan suatu predikat yang tidak keluar dari subyeknya, yakni manusia. Sedang tertawa – yang tertawa – merupakan predikat yang keluar dari subyeknya, yaitu keluar dari hakekat atau essensisubyek yang ia predikati, yakni manusia.
 









5.Universal Sifat Umum (‘Aradh ‘aam, Commons predicate)
Selain suatu golongan, jenis dan ekstensi mempunyai sifat khusus, mereka jugamempunyai sifat umum. Artinya mempunyai sifat yang dimiliki mereka dan selainmereka. Misalnya, sifat berbentuk. Ia disamping dimiliki binatang, juga dimiliki oleh

 pepohonan, bebatuan dan lain2. begitu juga sifat berjalan pada manusia dan Ahmad.Anda dapat mengetahui suatu sifat merupakan sifat umum apabila anda melihat sifattersebut dimiliki oleh suatu pahaman universal yang lebih luas ketimbang subyek yangdisifati semula. Baik pemilikan oleh yang lebih luas tersebut merupakan pemilikankhusus atau juga umum. Misalnya sifat berjalan dan berbentuk pada manusia dalam proposisi “Manusia adalah berjalan – yang berjalan – atau berbentuk. Kalau sifat berjalandan berbentuk tersebut dimiliki oleh pahaman yang lebih luas dari manusia, misalnya binatang, maka sifat2 itu bagi manusia merupakan sifat umum. Sebab sifat2 itu pastidimiliki oleh binatang selain manusia, yang tergabung dalam pahaman binatang – secarauniversal.Dengan demikian kita dapat mendefinisikan sifat umum sebagai “suatu pahamanuniversal yang berupa predikat yang keluar dari essensi subyek yang mempredikatisubyek dan lainnya”.
Perlu diketahui
1.Kadangkala, suatu sifat bisa menjadi khusus dan umum kalau dihubungkandengan dua subyek atau lebih. Misalnya berjalan (baca: yang berjalan). Iamerupakan sifat khusus bagi binatang, tetepi merupakan sifat umum bagimanusia, gajah dan lain2.









2.Kadangkala, suatu sifat menjadi zat bagi yang lainnya. Misalnya berwarna(baca : yang berwarna). Bagi benda, ia - berwarna - menjadi sifatnya.Tetapi bagi “yang putih”, “yang hitam”, “yang merah”” dan lain2, iamenjadi jenisnya. Hal ini dapat diketahui dari definisi benda dan yang putih, yang hitam dan yang lain-lain. Pada definisi benda, “yang berwarna” tidak masuk didalamnya, alias tidak menjadi asas essensinya,sebab 
definisi benda adalah sesuatu yang –bisa- mempunyai tiga ukuran(dimensi), yaitu panjang, lebar dan tebal. Tetapi pada definisi “yanghitam” (misalnya), maka ia –yang berwarna” – masuk di dalamnya, aliasmenjadi asas essensinya. Sebab definisi “yang hitam” adalah yang berwarna dengan warna arang”.

3.Kadangkala universal sifat khusus dan universal pembeda, berbentuk katatunggal dan ganda. Contoh tunggal farikeduanya adalah “tertawa” (baca:yan g tertawa) dan “rasional”, yang keduanya bagi manusia. Sedangcontoh gandanya adalah “berdiri tegap”, “terang kulitnya”, bagi manusia;“perasa dan bergerak dengan keinginan”, bagi binatang.  


PEMBAGIAAN LIMA UNIVERSAL 
 Masing-masing dari pahaman lima universal dibagi menjadi beberapa bagian:1. Universal golongan, dibagi menjadi dua: 
a. Universal golongan hakiki
Yaitu suatu golongan yang sesuai dengan definisi asalnya.   

b. Universal golongan hubungan
Yaitu suatu universal zat yang dihubungkan dengan dan terletak di bawahuniversal zat lainnya yang lebih luas. Misalnya manusia dan binatang, kalaudihubungkan dengan universal zat lainnya yang lebih luas. Keduanya berupauniversal zat yang berada di bawah universal lainnya yang lebih luas, yangdalam hal ini kepadanya kedua universal tersebut dihububngkan. Yaitumenghubungkan manusia dengan binatang dan binatang dengan bendaberkembang. Dengan penghubungan ini, dan binatang menjadi sebagian daribenda berkembang. Golongan hubungan, bisa jadi dai golongan hakiki – ataubahkan dai jenis. Yang terpenting adalah bahwa ia – golongan hubungan – harusberupa universal zat dan dihubunga\kan dengan universal zat lainnya yang lebihluas. Oleh karena itu, hubungan antara golongan hakiki dan golonganhububungan berupa hubungan umum dan khusus mutlak. Yakni universalgolongan hubungan lebih luas ketimbang golongan hakiki.Golongan hubngan ini dibagi menjadi tiga:

(i)   Golongan terendah ( golongan hakiki, golongannya golongan saafil ). Yaitusuatu golongan yang tidak ada golongan lagi di bawahnya. MisalnyaManusia.
(ii)   Golongan tengah ( Mutawassith). Yaitu suatu golongan yang di atas dan di bawahnya terdapat golongan. Misalnya binatang. Dibawh dan di atas binatang terdapat golongan lain,, yaitu manusia dan benda berkembang.
(iii)  Golongan teratas ( 'Aliy ).Yaitu suatu golongan yang golongan lain hanyaterdapat di bawahnya. Seperti benda. Di bawah benda terdapat golongan lainseperti benda berkembang, benda hidup ( binatang ) dan manusia. Sedang diatasnya tidak terdapat golongan. Sebab substansi
1 yang hanya satu-satunyadi atas benda, hanya berupa jenis, alias tidak bisa berupa golongansebagaimana benda, misalnya.

2.Universal Jenis,dibagi menjadi dua:

19. Substnsi adalah lawan dari aksiden ( accident, sifat, 'aradh ). Yakni kalau ditemui di luar, ia tidak memerlukan subyek. Misalnya, manusia, pohon, gunung, air, ruh, malaikat dan lain-lain. Berbeda denganaksiden yang memerlukan kapas, kapur, tulang, mata, kertas dan lain-lain, sebab tanpa semua itu putihtidak dapat eksis atau ditemui diluar (akal).Ringksnya, untuk menjadi eksis (wujud) substansi tidak berdiridi atas sesuatu yang lain, sedang sifat sebaiknya.

a.Universal Jenis Dekat(Qarib)

Yaitu suatu jenis yang adanya – dalam urutan – langsung di atas golonganyang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan. Misalnya bendacair terhadap golongan air, benda tak berkembang terhadap benda cair,benda terhadap benda tidak berkembang, substansi terhadap benda danlain-lainnya. Lihat contoh grafik di bawah dengan mengambil benda cair sebagai golongan yang diperhatikan. 

b.Universal jenis Jauh(Ba'id ) 
Yaitu suatu jenis yang adanya - dalam urutan – tidak langsung di atasgolongan yang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan. Misalnyabenda tidak berkembang, benda dan substansi terhadap air. Atau benda dansubstansi terhadap benda cair dan lain-lain. Lihatlah contoh grafik di bawahdengan mengambil benda cair sebagai golongan yang diperhatikan.Perhatian!Ada pembagian lain dalam membagi jenis, yaitu suatu pembagian yangmembagi jenis menjadi tiga bagian: Jenis terendah (saafil, inferior genus),jenis tengah (mutawassith, the intermediate genus), dan jenis tertinggi (jenisnya jenis,jenis 'aliy, jinsu ajnas, the higher genus ).  jenis terendah adalah jenis yang paling dekat dengan golongan hakiki; jenistertinggi adalah jenis yang paling jauh dari golongan hakiki; sedang jenispertengahan adalah di antara keduanya. Lihat diagram di bawah ini:
3. Universal Pembeda, dibagi menjadi dua:
a.Universal pembeda dekat (Qarib)
Yaitu suatu pembeda yang membedakan golongan ( baik hakiki atau hubungan) dari golongan yang lain yang bersatu dalam satu jenis, misalnya rasional. Iamembedakan manusia dari golongan lainnya seperti kuda harimau burung danlain-lainyang bersatu dalam satu jenis yaitu binatang. Atau perasa yangmenjadi pembeda bagi binatang.
b.Universal Pembeda jauh(Ba'id )
Yaitu suatu pembeda yang dihubungkan dengan suatu golongan darijenisnya – baik yang jauh atau dekat – atau golongan hubungan yang adadiatasnya. Misalnya perasaan – pembeds binatang – yang dihubungkandengan manusia, kuda, kucing dan lain-lain sebgai golongannya. Misalnyadengan membuat proposisi "manusia adalah binatang perasa", bukan"manusia adalah binatang rasional". Oleh karena itu, definisi tersebut – manusia adalah binatang perasa – dikatakan definisi dengan jenis dekat (binatang ) dan pembeda jauh ( perasa ). Lihat bagan dengan mengambilmanusia sebagai yang diperhatikan:   

Tambahan
Pembeda mempunyai hubungan dengan jenis atau golongannya. Dengan kata lain,kalau pembeda kita hubungkan dengan jenisdan golongannya, maka iamempunyai hubungan tersendiri. Kalau dihungkan dengan jenisnya, maka ia – pembeda – menjadi pembaginya. Misalnya rasional terhadap binatang. Ia – rasional – membagi binatang menjadi dua, yaitu binatang rasional dan tidak rasional. Sementara kalau dihubungkan dengan golongannya, maka ia – pembeda –menjadi asasnya. Misalnya, rasional terhadap manusia, ia – rasional – sebagaisalah satu asas manusia, sebb manusia adalah binatang rasional.4. Dan 5.
Universal ssifat khusus dan umum,
dibagi menjadi dua:

a.Universal sifat lazim ( Lazim, concomitence)
Yaitu suatu pahaman universal yang secra akal tidak mungkin terpisah dariekstensinya. Seperti ganjil dan genap untuk anka tiga dan empat, samanya jumlah sudut segiti tiga dengan jumlah dua sudut tegak lurus, universalnyamanusia dan lain-lain. Sifat lazim ini dibagi menjadi tiga:

1.Lazim Dalam Wujud Luar(khariji)
Yaitu yang kelazimannya hanya pada wujud luarnya saja. Sepertisamanya jumlah sudut segi tiga dengan jumlah dua sudut tegak lurus.Sebab bisa saja orang membayangkan segi tiga tanpa membayangkan juga, atau mengetahui kesamaannya dengan jumlah sudut tegak lurus.Karena itu kesamaan tersebut tidak lazim di dalam akal.
2.Lazim Dalam Wujud Dalam(Dzihni)
Yaitu yang kelazimannya hanya pada wujud dalam akal saja. Sepertiuniversalnya manusia, rasiona dan lain-lain, atau partikulirnyapahaman Ahmad, budi, dan lain-lain.
 

3. Lazim Dalam Essensi(Mahiyat, Essence)
Yaitu yang kelazimannya dalam wujud luar dan dalam. Sepertiganjil genapnya angka tiga dan empat. Sebab, baik di luar maupundi dalam akal,angka tiga dan empat, tetap melazimi ganjil dangenap.Dilihat dari jelas dan tidaknya, sifat lazim dibagi menjadi dua:
(1).Lazim jelas ( Bayyin, Clear )
Yaitu yang kelazimannya tidak memerlukan pembuktian dandalil. Lazim jelas dibagi menjadi dua:

a.Lazim jelas lebih khusus.
Yaitu yang hanya menggambarkan yang dilazimi, cukupmenggambarkan lazim tersebut. Seperti genapnya empat,dengan hanya menggambarkan empat. Sebab dengan hanyamenggambarkan empat sudah cukup untuk membayangkangenap. 
 b.Lazim Jelas lebih umum
 Yaitu yang untuk meyakini atau mengetahui kelazimannyahanya diperlukan terlebih dahulu membayangkan yang dilazimi,lazim dan hubungan keduanya, dan tidak cukup hanyamembayangkan yang dilazimi saja. Seperti dua adalah setengahdari empat. Pada contoh ini, kita cukup dengan hanyamembayangkan dua, empat dan hubungan keduanya, untuk meyakini bahwa dua adalah setengan dari empat. Ataumeyakini bahwa kelaziman lapar adalah makan, kita cukupmembayangkan lapar, makan dan hubungan keduanya. 


b.Universal Sifat Tidak Lazim (Muftariq, separate)
Yaitu suatu pahaman universal yang secara akal bisadimungkinkan berpisahdari ekstensinya. Seperti hitamnya orang negro, mudanya manusia,gemetarnya orang yang terkkejut dan lain-lain.

Universal sifat tidak lazim dibagi menjadi dua:
1. Selamanya(Daim, Permanent )

Yaitu suatu sifat yang selamanya melekat pada yang di sifati. Sepertihitamnya orang negro ( tentu bagi yang berkulit hitam ). Sifat yangdikategorikan sebagai sifat tidak lazim, karena secara akal ia bisaberubah, walaupun pada kenyataannya tidak pernah berubah. Yakni akaltidak melihat kemustahilan terhadap perubahan yang mungkin terjadipada sifat tersebut.
2. Sementara ( Ghairi daim, Unpermanent )
Yaitu suatu sifat yang tidak selamanya melekat pada yang disifati. Sepertimudanya manusia, gemetarnya orang yang terkejut, dan lain-lain.Universal Tidak Lazim "sementra" ini dibagi menjadi dua:a.Lambat hilanya. Seperti mudanya manusia. b.Cepat hilangnya. Seperti gemetarnya atau pucatnya orang yang terkejut atauketakutan.Lihat bagandi bawah ini: 

DEFINISI
Pengertian dan Pentingnya definisi
Seringkali kita melihat adanya suatu dilema dalam suatu bahasa dalam masyarakat,yang kandas begitu saja di pinggiran pantai kehidupan kompleks manusia yang selaluingin maju walau tanpa terarah. Kemudian dengan sangat tragis masyarakat berlombauntuk mengekskusi, menginjak-injak dan melaluinya, walaupun tak ada bahtera untuk

menyelamatkan mereka. Katakanlah dilema manusia. Anehnya dilima tersebut datangdari para tokoh dan pakar masyarakat itu sendiri, yang dengan susah payah merekarenungkan sebelum kemudian dicetuskan dan menjadi dilema. Tak jarang keringat kuningmenghujan, atau bahkan rambut bagus mereka pun mulai bosan menemani mereka dalamusaha-usahaitu. Lalu....., siapa yang salah? Para pakarkah yang kurang bertanggung jawab pada agama, etika ilmiah dan bangsa, yang biasanya hanya memperindahmakalahnya dengan kata-kata istilah tetapi tidak dengan mutu bahasannya, ataukahmasyarakat yang suka mengekskusi karena dianggap dilema itu tidak penting, walaupuntak jarang mereka terombang ambing karenanya? Kemudian tak adakah rasa kasih yanghakiki – bukan semu – untuk menyelamatkah bangsa tercinta dari kerancuan pengetahuan pandangan tentang sejarah, akhlak, agama dan lain-lain? Kasih yang tak dibangun di atas pondasi kepentingan pribadi ddan golongan? Atau di atas pondasi kefanatikan yang buta?Kami berharap para pakar kita dapat menyadari dan merenungi pertanyaan yangdipaksakan itu. Dan bagi generasi muda sejaman kami, kami harap untuk menyatukanlangkah dan hidup bersatu untuk lebih lagi membangun bangsa besar kita, Indonesia.Kebanyakan penyebab timbulnya dilema yang mengenaskan itu adalah ketidak jelasan batasan ( definisi ) pada setiap pembahasan, yang kemudian muncul sebagai dilema.Maksud kami bukanlah menolak adanya batasan pada kebanyakan dilema, tetapi kamimenolak batasan yang kabur atau sangan tendensius pada setiap permasalahan.Mialnyadefinisi budaya, sosial, kebebasan, hak, plitik, filsafat, logika, modern, kuno ilmiah,agama, aqidah, syirik, musyrik, muslim, mukmin, qadim, hadits, adil, zat, sifat, tauhid,kafir, ma'shum, mukjizat, kerammat, ilham, Islam, mazhab, taqlid, ahli sunnah, ahliwajib, jama'ah, qur an, hadits, furu', bid'ah, dhalah, ijtihad, akhlak, tawadhu, sombong,ibadah, persatuan, ulama kyai, dan seterusnya, baik yang menyangkut budaya, sains,agama dan lain-lain. Sungguh tidak jarang keindahan nama dan kata telah banyak mempesona, sehingga masyarakat bahkan para pakarberlomba membuang permata indahyang dimiliki atau yang mesti dicapai dan menggantikannya dengan keindahan semuyang ada pada simbol-simbol penghias yang tak bertulang, dan dengan cara yang sadististelah memasukkannya ke dalam alam idelis mereka. Sehingga mereka merasa gagah dan bangga dikatakan modernis, intelek dan semacamnya, walaupun hanya sebatas bahasa.Begitu pula mereka merasa rendah hati dan minderdikatakan sebagai orang kolot, santri,kuno, dan tidak modern. Sungguh di luar dugaan, bangsa, agama, akidah, ilmu pengetahuan, yang kesemuanya itu adalah sangat mahal bagi kehidupan mmanusia, dapatditukar hanya dengan keindahan kata yang semu, semacam sosial, modernis, intelek,cendekiawan dan sebagainya.Akhirnya, mudah-mudahan promosi yang mengutamakan kwantitas dan keduniaan,yang tidak mengutamakan kwalitas dan tanggung jawab dunia-akhirat tersebut akansegera berakhir, demi kita, keluarga, anak cucu dan bangsa tercinta. Dan mudah-mudahan ppelajaran definisi ini dapat membantu – walaupun sekedarnya – untuk itu amin.Ringkasnya Supaya kita dapat menguasai ucapan, pena dan pikiran kita, kita harus mengetahui pembagian, syarat-syarat, asas dan aturan-aturan definisi sehingga:

1. Sesuatu yang dibahas selalu nampak jelas dalam akal kita.
2. Memberitahukan dengan benar dan jujur pada selain kita

3. Selain untuk mengetahui yang belum kita ketahui, pengetahuan tentang definisi ini juga untuk mmembuka dan merinci sesuatu yang kita ketahui secara global sepertimanusia, syirik, bid'ah dan lain-lain. Oleh karena itu definisi yang banyak dipakai untuk definisi ( definisinya definisi ) adalah
"kumpulan dari pengetahuan gambaran( concept ) yang menerangkan gambaran yang belum diketahui atau yang merinci gambaran yang sudah diketahui".

Pembagian Definisi
Sebagaimana maklum, definisi adalah menerangkan sesuatu yang belum diketahuiatau merinci yang sudah diketahui. Pada awalnya, definisi bertujuan mmemberikangambaran penuh sesuai dengan hakekat sesuatu yang didefinisikan sehingga sesuatutersebut tergambar dengan jelas, dan juga membedakannya dari seesuatu yang laindengan pembedaan yang penuh atau sempurna sehingga ia nampak berbeda dari yanglain. Kedua tujuan awal tersebut tidah dapat dipenuhi kecuali dengan menerangkan at-zatyang dimilikinya. Kalau hal itu tidak bisa dilakukan - karena sulit, misalnya – maka kitacukup mebedakannya saja dari yang lain. Hal ini bisa kita lakukan dengan hanyamenyebut satu zat, zat dicampur sifat khusus, sifat khusus dan sebagainya.Deengan demikian, pada garis besarnya ada dua cara dalam mendefinisikan sesuatu.
 Pertama,adalah dengan zatnya. Definisi ini disebut batasan (had, limid, term of  syllogism).
 Kedua, adalah dengan sifatnya atau sifat dan zatnya. Definisi ini disebutgambaran (rismun, descriptive defunisition, imprint ). Dan pada masing-masing caraterbagi menjadi dua, lengkap dan kurang. 


1-Definisi Dengan Batasan Lengkap
(Had Al-Tam, Perfect Definition)Definisi dengan batasan-lengkap adalah
"Suatu definisi yang menunjukkan hakekat dan esensi sesuatu yang didefinisikan ( Defined )"
Dengan demikian definisi dengan batasan-lengkap harus menckup seua zat-zat yangdimiliki, Yaitu yang menjadi asas bagi essensi yang didefinisikan ( defined), karena iamerupakan perinciannya. Seperti "binatang rasional", substansi yang bisa menerima tigadimensi: Panjang, lebar dan tinggi; dan "bentuk yang mempunyai tiga sisi", yang masing-masing sebagai definisi manusia, benda san segitiga.Definisi yang menyebut zat-zt yang dimiliki oleh yang didefinisi bukanlah hal yangmudah. Sebab bisa jadi sifat lazim ditempatkan sebagai jenis, jenis jauh sebagai jenisdekat atau sifat khusus sebagai pembeda dekat. Maka dari itu tidak berlebihan kalau IbnuSina dalam kitab Hududnya ( definisi-definisi ) mengatakan bahwa mendefinisikan
2
20. Perlu diketahui bahwa kejahilan ( ketidak tahuan ) dibagi menjadi tashawwuri (concept, gambaran )dan tashdiqi ( assent, keyakinan ) sebagaimana ilmu, sebab kejahilan merupakan lawan dari ilmu. Dengandemikian daat anda pahami bahwa maksud dari "gambarn yang belum diketahui" adalah suatu yang tidak mengandung hukuyang belum diketahui.Tambahan!Perlu diketahui pula, bahwa kejahilan keyakinan dibagi menjadi sederhana dan ganda ( murakkab ).1.Kejahilan sederhana adalah kejahilan yang diketahui atau disadari. Artinya, seseeorangitu sadar dan tahu kalau dirinya tidak tahu.2.Kejahilan ganda adalah kejahilan yang tidak diketahui atau disadari. Artinya, seseorangitu tidak tahu dan tidak sadar kalau dirinya tidak mmengetahui masalah atau semua yang ia kiramengetahuinya. Dikatakan ganda sebab: Pertama, ia tidak mengetahui semua atau masalah yangdihadapi; kedua, ia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.

sesuatu dengan batasan-lengkap merupakan pekerjaan yang hampir mustahil untuk dilakukan oleh manusia.Definisi dengan batasan-lengkap, dapat dilakukan dengan menyebut jenis dekat dan pembeda dekatnya. Misalnya "Manusia adalah binatang rasional". Namun kalau jenisdekat ari definisi tersebut tidak diketahui oleh penanya, makakita dapat merincinyadengan batasan lengkapnya.Misalnya dengan medifinisikan binatang sebagai "benda berkembang yang perasa dan bergerak dengan kehendak". Dengan demikian definisimanusia yang lebih rinci ketibang binatang rasional adalah "benda berkembang yang perasa, bergerak dengan kehendak dan rasional". Kalau definisi ini masih nampak belum jelas bagi penanya, makka kita dapat dengan lebih rinci lagi mendefinisikan manusiadengan rincian "benda" terlebih dahulu sebagai "substansi yang bisa menerima tigadimensi". Dengan demikian, definisi manusia yang lebih rinci dari definisi kedua adalah
"Substansi yang bisa menerima tiga dimensi, berkembang, perasa, bergerak dengankehendak danrasional".
Perincian-perincian tersebut di atas dapat dilakukan sampai pada sesuatu yang tidak memerlukan perincian lagi,yang disebabkan kejelasannya ( badhihi, dharuri, mudah ).Seperti pemahaman tentang wujud dan sesuatu. Dengan penjelasan di atas dapatlahditarik kesimpulan sebagai berikut:1-Jenis dekat dan pembeda dekat menckup semua zat yang dimiliki oleh defined.Maka dari itu mendefinisikan sesuatu dengan yang lebih rinci tidak diharuskan,walaupun hal itu lebih baik. Hanya dalam beberapa keadaan saja yang dalammendefinisikan sesuatu harus dengan yang lebih rinci. Yaitu ketika penanya tidak dapat memahami jenis dekat suatu definisi.2-Tidak ada perbedaan dalam pahaman antara definisi dan defined, kecuali dalamkerincian dan tidaknya saja.3-Hanya dengan kesesuaian dan kecocokannya saja definisi dapat menjadi"petunjuk" atas defined.2-
Definisi Dengan Batasan-Kurang

(Had Al-Naqish, defect Definition)Definisi dengan batasan-kurang adalah
"suatu definisi dengan sebagian zat yang didefinisikan (defined )".suatu definisi dengan sebagian zat yang di definisikan.(defined)".

 Walaupun definisi ini tidak mencakup semua zat yang dipunyai defined, namun iaharus mempunyai pembeda dekat, baik tanpa digabungkan dengan sesuatu apapun ataudigabungkan dengan zat lain yang berupa jenis jauh. Dengan kata lain, definisi dengan batasan-kurang ini dapat dilakukan dengan hanya menyebutkan pembeda dekat suatudefined, atau dengan menyebutkan jenis jauh dan pembeda dekatnya. Misalnya "bendayang rasional" dan "benda yang perasa", sebagai definisi dari manusia dan binatang.Dengan penjelasan di atas dapatlah iambil suatu kesimpulan bahwa:
1-Definisi dengan batasan-kurang tidak menyamai defined dalam kepahaman karenatidak mencakup seluruh zat yang dipunyai defined.
2-Faedah dari batasan-kurang hanya dappat membedakan defined  dari yang lainsaja. Ia tidak dapat memberikan gambaran penuh dalam gambaran kita tentang defined ,berbeda halnya dengan definisi dengan batasan penuh.
3-Ia menunjukkan defined dengan kelaziman, bukan dengan kecocokan ataukesesuaian sebagaimana definisi dengan batasan penuh. Sebab ia merupakan"penunjukan" bagian terhdap keselurahannya.


 3-Definisi Dengan Gambaran-Lenkap(Rismun Al-Tam, Peerfect Descriptive Definition,Imprint )
Definisi dengan gambaran-lengkap adalah "
 suatu definisi dengan menerangkanjenis dekat dan fifat khusus yang didefinisi".
Pada penjelasaan yang lalu, kami katakan bahwa mendefinisikan sesuatu dengan batasan penuh adalah pekerjaan yang sangat berat.Oleh karena itu, para ahlimenganjurkkan kita untuk menerangkan definisi dengan gambaran-lengkap ini padatempat-tempat pelik yang kita jumpai.Sifat khusus yang bisa ewakili pembeda dekat adalah sifat khusus yang lazim dan jelasserta lebih khusus, karena ia paling dekat dengan hakekat dan paling mirip dengan pembeda dekat. Namun, kalau hal itu tidak juga bisa dilakukan, kita dapatmmenggantikannya dengan sifat khusus yang lazim, jelas dan yang lebih umum. Beberpadefinisi berikut ini adaah sebagai contoh dari definisi dengan gambaran-lengkap."Binatang tertawa" ( baca: yang tertawa ), "bentuk yang mempunyai tiga sudut", "angkayang kalau dikalikan dengan dirinya sendiri menjadi sembilan"; masing-masing sebagaidefinisi manusia, segitiga, dan tiga.
 

4- Definisi Dengan gambaran- Kurang( Rismun Al-Naqish, defect Discrptive Definition )
Definisi dengan gambaran-kutang adalah "
 suatu definisi yang denganmenerangkansifat khusus saja atau dengan jenis jauh dari yang didefinisi".
Seperti kalau kita mendefinisikan manusia sebagai "tertawa" ( baca yang tertawa ),"benda tertawa", benda berkembang yang menulis" dansebagainya.Seperti yang kami singgung pada awal pembahasan tentang definisi. Bhwa dengansatu zat, zat dicampur sifat khusus dan lain-lain, hanya dapat membedakan defined dariyang lain. Maka sekarang menjadi jelas bahwa definisi-definisi tersebut masing-masingadalah definisi engan batasan-kurang, gambaran-lengkap dan gambaran-kurang. Ada beberapa definisi lain yang digolongkan ke dalam definisi dengan gambara-kurang,sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti. Mereka itu adalah definisi dengan contoh penyerupaan dan pembgian.Dengan penjelasan yang dahulu pula, dapat dipahami bahwa definisi terhadap satu hal bisa beragam sesuai dengan segi memandangnya. Hal ini sangat perlu diketahui olehorang-orang yang ingin memahami rahasia perbedaan yang ada pada definisi dan bagiorng-orang yang ingin berkomentar terhadapnya serta bagi yang tidak ingin sesat dalamdefinisi-definisinya.Perlu diketahui pula bahwa beberapa hal tidak dapat didefinisi. Hal itu dikarenakankesederhanaannya atau tidak mempunyai rangkapan (seperti Tuhan ) atau karena tdak memiliki jenis dan pembeda ( seperti jenis atas ) atau karena kejelasannya ( sepertiilmu )
3, dan lain-lain. Lihat bagan tentang definisi berikut:


Syarat-syarat Definisi  
Definisi ilmu yang kami terangkan pada awal-awal buku ini adalan semacam penjelasan kata saja.Sebab definisi, seperti yang akan dijelaskan dalam syarat-syarat definisi adalah harus ebih jelasdari defined. Dengan demikian, karena tidak ada yang ebih jelas dari ilmu, sebab di luar ilmuadaah kegelapan dan ketidakjelasan, maka ilmu tidak dapat didefinisikan.

Karena definisi bertujuan menjelaskan dan merinci defined, maka untuk membuatdefinisi, kita harus memperhatikan syarat-syarat definisi. Sehingga tujuantersebut dapatdicapai dengan baik dan sempurna.


Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1-Definisi harus sama dengan defined dalam jumlah ekstensinya. Artinya, di manaada ekstensi definisi di sana pula ada defined, begitu pula sebaliknya, tanpa adakelebihan dan kekurangan dari keduanya. Inilah yang diistilahkan dalam logika, bahwa definisi harus lengkap ( jami' ) dan melarang ( mani' ). Lengkap adalah jumlah ekstensi definisi tidak boleh kurang atau lebih sedikit dari jumlah ektensidefined. Sedang makud dari melarang, yakni melarang ektensi lain masuk kedalam ektensi defined. Dengan demikian definisi itu tidak boleh terbuat dari beberapa hal:

a-Terbuat dari sesuatu yang bersifat lebih khusus dari defined. Karena tidak khusus( sempit ) tidak mencakup semua ektensi yang lebih luas. Maka dari itu definisiyang lebih khusus tidak bisa dikatakan lengkap. Misalnya "manusia adalah yangmenulis". 

b-Terbuat dari sesuatu yang lebih umum dari defined. Karena yang lebih umummencakup semua ekstensi
defined dan yang lain. Dengan demikian definisi yang bersifat lebih umum tidak mampu melarang masuknya ekstensi lain ke dalamektensi defined. Maka dari itu ia tiak melarang. Misalnya "manusia adalah yang perasa"


c-Terbuat daru sesuatu yang berlawanan dengan defined. Karena definisi yang berlawanan dengan defined tidak akan bertemu dalam ekstensinya, maka dari ituia tidak dapat dikatakan lengkap dan melarng. Misalnya "manusia adalah bendamati".

2-Definisi harus lebih jelas dan terang dari defined dalam kepahaman, karenadefinisi bertujuan untuk menerangkan defined. Dengan demikian definisi tidak  boleh terbuat dari:a-Sesuatu yang sama dalam kejelasannya dengan defined. Seperti definisi ayah bahwasanya ia adalah "yang punya anak". b-Sesuatu yang lebih tidak jelas dari defined. Misalnya "manusia adalah kumpulanatom-atom yang masing-masingnya dipertahankan oleh intelegence, sehinggatidak timbul tabrakan dan ledakan, yang intelegence itu juga mengarahkan atom-atom manusia itu sesuai naturnya".

3-Definisi harus mempunyai segi kesammaan dan perbedaan dengan defined
. Sebabkkalau sama dan tidak mempunyai segi perbedaan, mmaka definisi tersebut tidak  berfaedah. Dan berarti – logikanya – defined diketehui sebelum diketehui,misalnya "manusia adalah manusia tau insan". Sedang kalau berbeda dan tidak mempunyai segi kesamaan, maka definisi dan defined tidak akan pernah bertemu.Dengan demikian definii ini tidak akan dapat memenuhi tugasnya, yaitumenjelaskan atau merinci
defined. Bahkan definisi ini adalah menyesatkankepahaman. Misalnya "politik adalah jahat".


Tambahan
Perlu diketahui bahwa segi kemanusiaan itu terkadang ada dalam pahaman danterkadang ada dalam ekstensi. Maksud dari kesamaam yang ada dalam pahaman adalahdefinisi dan defined mempunya kesamaan arti dalam akal kita. Misalnya definisi manusiasebagai "binatang rasional". Dalam akal kita binatang rasional adalah manusia danmanusia binatang rasional. Karena definisi juga dituntut untuk mempunyai segi perbedaan, maka segi perbedaan yang ada pada contoh tersebut adalah bahwa binatangrasional merupakan pahaman rinci dari manusia. Jadi perbedaanya adalah pada global dan rincinya saja.
 

 Namun, kalau segi perbedaan ini tidak ada, seperti definisi manusiaadalah manusia atau insan, maka definisi semacam ini tidak memberikan faedah apa-apa,kecuali kalau menghadapi orang-orang yang banyak ragu semacam orang-orang Sophist,atau hanya ingin menjelaskan kkata-katanya saja.Definisi yang mempunyai sifat-sifat tersebut di atas disebut dengan definisi dengan predikasi
4- pertma ( hamlun awwaly ) dan yang dapat dipenuhioleh definisi dengan batsan-lengkap.Sedang maksud kesamaan yang ada pada ektensi adalah bahwa definisi dan defined bertemu pada wujud luar. Baik pertemuan itu sama, yakni setiap ada ekstensi definisi disana pula ada ekstensi defined,
seperti rasional dan manusia ketika anda mendefinisikanmanusia sebagai rasional. Atau tidak sama, yakni ekstensi definisi lebih luas dari padaekstensi
defined 

5, sepeerti binatang dan manusia ketika anda mendefinisikan manusiasebagai binatang. Perbedaan yang ada pada kesamaan semacam ini ada dalamkepahaman. Hal ini nampak jelas karena – seperti dalam contoh – pahaman rasional bukan pahaman manusia dan pahaman binatang bukan pahaman manusia. Definisimempunyai sifat-sifat di atas disebut dengan predikasi-kebanyakan, yakni sering dipakaioleh kebanyakan orang. Definisi dengan predikkasi-kebanyakan ini dapat ipenuhi olehdefinisi dengan batasan-kurang, gambaran-penuh, gambaran-kurang, predikasi dari limauniveral terhadap ekstensi-eksensinya ( seperti "ahmad adalah manusia", "manusia adalahgolongan", "binatang adalah jenis" dan lain-lain )
4
- Predikasi adalah mempredikati sesuatu, dan juga bisa disebut menghukumi, menerangkan atau menetapkan.
5
- Pada salah satu pembagian definisi ( predikat ) adalah dibaginya definisi menjadi alami dan buatan( tidak alami ) Maksud dari yang alami adalah definisi, dalam kepahaman, lebih luas dari defined, karena predikasi dari yang lebih luas kepada yang lebih sempit adalah sesuatu dengan tuntunan alam. Baik keluasan itu disertai keluasan ekstensi, seperti binatang terhadap manusia – seperti kalau kitamendefinisikan manusia sebagai binatang – atau tidak disertai keluasan ekstensi semacam rasional terhadapmanusia – ketika kita mendefinisikan manusia sabagai yang rasional. Edang maksud dari yang buatan( tidak alami ) adalah predikasi dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas, karena predikasi seperti ini berlawanan dengan tuntunan alam. Seperti kalau kita mendefinisikan manusia sebagai Ali, Ahmad danseterusnya. Kalau masalah di atas sudah jelas, maka perlu diketahui bahwa maksud lebih luas pada masalahkita – yaitu ektensi definisi lebih luas dari defined adalah dari ekstensinya saja. Sebab yang lebih luasdalam kepahaman, tetapi sama dalam ekstensi, seperti rasional dan manusia, maka hal ini digolongkan padamasalah yang sama – dalam ekstensinya


4-Definisi tidak boleh berputar. Yaitu yang untuk memhaminya perlu kepadadefined. Seperti mendefinisikan angka ganjil bahwa sanya ia adalah yang tidak genap,yang mana untuk memahami angka genap akhirnya perlu untuk memahamiangka ganjil juga. Yakni "angka yang tidak genap". Sebab genap adalah "angkayang tidak ganjil"


Definsi tidak boleh berputar karena ia tidak memberikan faedah, menyimpang dari tujuanawal dari efinisi – yang bertujuan menerangkan defined – dan berati defined diketahuisebelum diketahui. Sebab ketika anda akan mendefinisikan defined berarti defined belumdiketahui. Sementara ketika anda mendefinisakan defined degan sesuatu yangmemerlukan defined untuk dimengerti, maka berarti anda mengetahui defined sebelum mengetahui definisi. Ini berarti anda telah mmengetahui defined sebelum mengetahui defined
( ustahil kan? ). Berputarnya definisi ada dua macam: Jelas dan terselubung.Conth di atas adalah contoh dari putaran yang jelas, sebab begitu kita tanyakan "angkagenap itu apa", jawabannya adalah "yang tidak ganjil". Sedang contoh putaran yangterselubung adalah "genap pertama" sebagai definisi dari angka "dua". Sebab untuk memahami genap, kita perlu mendefinisikannya sebagai "angka yang bisa dibagi menjadidua bagian yang sama". Dan untuk memahami dua yang sama kita perlu mendefinisikansebagai "dua hal yang saling mencocoki satu sama lain". Sedang untuk memahami "duahal" memerlukan kepahaman tentang "dua". Dengan demikian definisi pertma melewatidua tahapan lain sebelum kemudian kembali kepada defined, yangdiperlukan untuk memahami definisi pertama. Lihat bagan di bawah ini:


5-Definisi tidak boleh trdiri dari kata-kata yang asing, tida jelas,persekutuan danmajazi yang tanpa petunjuk pada makna yang dimaksud. Anehnya banyak orangmerasa keren dan cendekiawan hanya dengan mengganti bahasa indonesia yang baik dengan bahasa asing.


Definisi dengan Contoh
Definisi dengan contoh ini tergolong definisi dengan gambaran-kurang. Yaitu"suatudefinisi dengan menyebutkan sebagian ekstensi defined". Misalnya mendefinisikanmanusia sebagai "Ali, Ahmad, Husain, dan Nur Huda". Definisi ini sangat mudahmudahdipahami oleh pemula – ke alam pelanglangan logika dan filsafat – sehingga dapatmembeda-bedakan sesuatu yang harus dibedakan.
 

Definisi dengan penyerupaan
Definisi dengan penyerupaan ini juga tergolong dalam definisi dengan gambaran-kurang. Yaitu
"suatu definisi dengan menyerupakan defined dengan sesuatu yang lain,karena keserupaannya".
Misalnya mendefinisikan dua pahaman unifersal yang berbedasebagai "dua hal yang menyerupai dua garis yang sejajar". Definisi ini dapat di lakukanengan satu syarat, yaitu diketehuinya keserupaan tersebut oleh yang di ajak bicara.Definii dengan peyerupaan banya berfaedah dalam penjelasan sesuatu yang hanya berfifat akliah, yaitu dengan menyerupakannya dengan sesuatu yang bisa dirasadenganpanca indra. Sebab, sesuatu yang bisa dirasa dengan panca indra lebih mudahuntuk diketahui dari pada sesuatu yang untuk diketahuinya hanya memerlukan perenungan. Misalnya, menyerupakkan ilmu dengan cahaya ketika mendefinisikan ilmu sebagai "cahaya".Yakni suatu yang nampak dengan sendirinya dan menampakkan yang lainnya.
 

Definisi Dengan Pembagian
Definisi dengan pembagian adalah"definisi dengan menyebutkan bagian-bagian defined".
Misalnya mendefinisikan kata-kata sebagai "kata kerja, benda dan bantu".Bagian-bagian sesuatu dapat dijadikan definisinya, sebab sama dengan yangdibagi yang kebanyakan memang lebih jelas darinya. Artinya, lebih mudah untuk dipahami. Misalnya juga ketika kita mendefinisikan manusia sebagai "laki-laki dan perempuan".
 
                                          PEMBAGIAN DAN PENGELOMPOKAN

 Pada hari ini sejuta kata ada di tangan kita. Yang dengan kita dapat memahami maknayang dimaksud. Kemudian dengan semua itu kita dapat saling melukiskan apa sajamelalui komunikasi kita sehari-hari, baik dari masalah-masalah urusan rumah tanggasampai labiratorium, dari langgar sampai ke perguruan tinggi, dari ladang sampai ruangangkasa, dari rencong sampao perang bintang, dari tambak sampai laut luas, dari kedaisampai plaza, dari bumi sampai mars, dari pijat sampai sinar laser dan sebagainya.Namun kalau kita renungi, bagaimmana manusia dapat menciptakan kata-kata yang betul-betul menjadi asas kehidupan dinamismereka itu? Yang tanpa kata, kita betul-betultidak akan mampu menilai keidupan dan menghargainya? Adakah mereka dengan sertamerta mampu menciptakan semua itu? Atau perlahan dan bertahap?Jawaban pertanyaan di atas adalah, perlahan.Mereka bermula dari kepahaman tentangwujud. Kemudian wujud itu merekabagi menjadi yang hidup dan yang mati, yang hidupdibagi menjadi yang perasa dan tidak, yang perasa dibagi menjadi yang rasional dantidak, yang tidak rasional dibagi menjadi menjadi yang meringkik dan tidak, ..... danseterusnya.Pembagian itu mereka lakukan dan terus mereka lakukan sesuai dengan kemampuansetiap generasi. Setiap manusia memahami sesuatu makna dengan pembagian-pembagianitu, mereka selalu meletakkan ke atasnya suatu kata khusus demi kemudahan komunikasimereka. Jadi kata itu timbul setelah manusia memahami suatu makna ( lihat, bab pembagian lafazh ).Dengan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pembagian merupakkan asaskehidupan manusia, dan membuatnya dinamis serta berkembang. Selanjutnya, yang perludiketahui adalah bahwa pembagian semacam itu tidak pernah berhenti, sebab dengansemakin tingginya ilmu mmanusia maka semmakin banyak pula bagian-bagiansesuatuyang dapat diungkapnya.
 

Tambahan
Setelah kita mengetahui syarat-syarat definisi, kita belum bisa menggunakannya tanpasuatu pertolongan lain.Yaitu pembagian. Akan kami jelaskan setelah kita menyelesaikan pelajaran pembagian ini, tentang cara penerapan pembagian dalam definisi – Insya Allah.



 Asas-asas Pembagian
Karena pembagian sangat penting dan agar pembagian memenuhi tugasnya, yaitumemberikan manfaat bagi kehidupan manusia, maka ia harus berjalan di atas asas-asas pembagian yang sudah digariskan secara logis.

Asas-asas tersebut adalah:

1-Pembagian hendaknya dapat memberikan hasil yang berguna. Yakni padasetiap bagian mempunyai hukum atau ciri-ciri yang hkusus. Misalnya,membagi manusia menjadi yang jenius dan tidak. Tidak seperti membagizat asam – misalnya – menjadi yang dikeluarkan oleh pohon pisang,mangga, pepaya dan lain sebagainya. Sebab pembagian semacam ini tidak memberikan manfaat.

2-Bagian-bagian yang dihasilkan satu sama lain harus berbeda dan tidak saling memasuki. Artinya satu bagian tidak masuk dalam bagian yang lain.Sepeti membagi binatang mmenjadi manusia, singa, kuda, amir, burung perkutut dan seterusnya. Seab Amir dan burung perkutut mmasing-masingtermasuk manusia dan burung.

3-Pembagian harus mempunyai dasar tertentu. Artinya, kita harusmenentukan satu dasar pembagian, yang atas dasar tersebut kita akanmelakukan pembagian. Misalnya, kita menentukan dasar warna kulitsebelum kita mmembagi manusia pada yang berkulit putih, hitam, sawomatang dan seterusnya. Dengan demikian satu hal bisa dibagi menjadi beberapa pembagian sesuai dengan dasar pembagian yang ditentukan.

4-Pembagian harus lengkap dan melarang. Artinya, bagian-bagian yangdihasilkan harus sama dengan yang dibagi, tidak lebih luas dan tidak lebihsempit. Degan demikian pembagian dikatakan lengkap dan melarang,karena mencakupi seluruh yang dibagi dan melarang masuk selainekstensinya.
 

Definisi Pembagian
Dengan penjelasan terdahulu dapat kita mendefinisikan pembagian sebagai"membagi sesuatu menjadi golongan-golongan atau unsur-unsurnya". 


Penjelasan
Perlu diketahui bahwa golongan yang dimaksud dalam definisi di atas lebih luas darigolongan yang dimaksud dalam pembahasan lima universal. Sebab golongan di sini tidak dituntut harus berbeda dalam esensinya. Seperti membagi manusia menjadi dua golongankulit putih dan hitam dan seerusnya. Dengan demikian kata golongan di sini lebihcondong kepada makna bahasa bukan maka istilah yang dipakai dalam logika.

Golongan-golongan Pembagian 

Pembagian mempunyai dua golongan, pembagian-alami( natural ) dan pembagian-logika.

1-Pembagian-Alami( Tabi'iyyah, Natural )
 Pembagian-alami adalah "membagi keseluruhan menjadi bagian-bagian atau unsur-unsurnya". Seperti membagi manusia menadi binatang dan rasional; atau menjaadidaging, darah, tulang dan seterusnya.

Pembagian-alami dibagi menjadi: Akliah, Alamiah dan Buatan.

1-Pembagian-alami yang akliah adalah membagi atau mengurai yang dibagimenjadi bagian-bagian yang berupa wujud dala. Semacam membagimanusia menjadi binatang dan rasional. Bagian dalam pembagian inidisebut yang akliah.

2-Pembagian-alami yang alamiah (thabi 'iyyah) adalah membagi ataumengurai yang dibagi menjadi unsur-unsur yang berupa wujud luar.Semacam membagi manusia menjadi daging, darah, tulang danseterusnya; atau air menjadi oksigen dan hidrogen. Bagian pada pembagian ini disebut bagian yang alamiah.

3-Pembagian-alami yang buatan (shana 'iyah) adalah membagi sesuatuyang berupa hasil karya manusia menjadi bagian-bagiannya. Sepertimembagi rumah menjadi dinding, lantai, pintu dan seterusnya. Bagian pada pembagian ini disebutbagian-buatan.

2-Pembagian-Logika(Manthiqi) 
Pembagian-logika adalah "membagi universal menjadi partikulir-partikulirnya6
".Seperti membagi binatang mnjaddi manusia, kuda, kicing dan seterusnya; ataummembagi manusia menjadi Ali, Husain, siti, dan seterusnya.

Pembagian-logika dibagi menjadi dua:
1-Pembagian jenis kepada golongan-golongannya.
2-Pembagian golongan kepada partikulir-partikulirnya.

Syarat-syarat pembagian-logika:
1-Harus mmenentukan suatu dasar pembagian sebelumnya untuk sesuatu yang akandibagi yang darinya bagian-bagian akan keluar. Seperti membagi binatang atasdasar rasional, ia akan terbagi menjadi binatang rasional dan tidak rasional
2-Ekstensi dari bagian-bagianharus sama dengan ekstensi yang dibagi. Artinya, pahaman yang dibagi harus bisa diterapkan pada ekstensibagiannya. Misalnyawujud luar manusia yang mana ia sebagai ekstensi manusia yang sebagai bagiandari biatang, ia-wujud luar manusia yang merupakan ekstensi manusia- harus bisadikatakansebagai binatang.
3-Bagian-bagian yang ada tidak boleh saling memasuk. Misalnya, pembagianmanusia kepada kulit putih, hitam, sarjana, kaya, alim dan seterusnya. Sebab bisasaja orang kulit putih juga sarjana dan kaya.
4-Mata rantai dari bagian-bagian haruslah urut. Misalnya, membagi binatangmanjadi manusia, kuda, kucing dan seterusnya. Kemudian membagi manusiamenjadi sarjana dan bukan sarjana dan seterusnya. Bukan membagi binatangmenjadi sajana dan bukan sarjana.


Perbedaan Pembagian Logika dan Alami
1-Pada pembagian-logika, bagian dapat dipredikatkan kepada yang dibagi. Begitu pula sebaliknya. Seperti predikasi atas manusia"bahwasanya binatang" dan"binatang ini adalah manusia". Tapi pada pembagian-alami hal di atas tidak bisadilakukan. Maka tidak bisa kita katakan bahwasanya oksigen itu adalah air, atauair adalah oksigen.


2-Pemadian-logika, dimulai dari atas ke bawah, yaitu dari jenis ke golongankemudian ke kelompok-kelompok serta individu-individunya. Sedang pembagian-alamisecra sekaligus dan langsung.
 

Metode Pembagian
Supaya pembagian menghasilkan hasil yang benar dan mencakup semua yangdikandung oleh yang dibagi, maka kita bisa menggunakan dua metode yang ada, tsuna'i dan rinci.


1-Pembagian dengan dua susunan plus dan minus ( tsuna'i )
Yaitu pembagian yang dilakukan dengan memakai sistemm positif dan negatif.Misalnya membagi binatang menjadi rasional dan tidak; membagi rasional menjadi laki-laki dan bukan; membagi laki-laki menjadi asia dan bukan; pembagian Asian menjadiIndonesia dan bukan; membagi Indonesian menjadi orang jawa dan bukan danseterusnya.. Sehingga, walaupun pembagian kita hanya menghasilkan sua bagian,misalnya, membagi binatang kepada rasional dan tidak, akan tetapi dua bagian tersebutdapat mencakup seluruh ekstensi binatang.


2-Pembagian dengan metode rinci(tafshiliyyah), yaitu membagi seuatu kepadasemua bagian-bagiannya. Seperti membagi manusia menjadi laki-laki dan perempuan.
 

                                                            PENGELOMPOKAN 
Kalau kita bekerja di toko buku – misalnya – maka kita harus dapat menyusun danmengelompok-ngelompokkan buku-buku yang akan kita jual untuk konsumen, supayamemudahkan mereka dalam mencari buku-buku yang diperlukan. Misalnya, kita pisahkan buku-buku agama pada satu tempat, begitu pula yang lainnya. Kemudian buku- buku agama itu pun dikelompokkan lagi. Misalnya, buku-buku tafsir, fiqih, filsafat-tauhid, aqidah, sosial, sejarah dan lain-lain. Masing-masing diletakkan pada satu tempatkhusus. Kalau kita telah melakukan semua itu bererti kita telah mengelompokkan buku- buku di toko terebut. Dengan demikian pengelompokan itu adalah" Peletekan ndividu-individu dalam kelompok-kelompok yang berbeda yang didasarkan pada sifat khususnya".

Dasar-dasar Pengelompokan
Dasar-dasar pengelompokan tidak berbeda deengan dasar-dasar pembagian, Yaitudiharuskan adanya satu dasar bagi pegelompokan yang dilakukan.


Perbedaan antara pembagian dan pengelompokan:

1-Bagian-bagian pada pembagian, satu sama lain berbeda hakekat, sedng pada pengelompokan tidak; alias hanya dibedakan dengan sifat-sifat khususnya. Makadari itu pembagian yang menghasilkan golongan dikatan penggolongan, yangmenghasilkan kelompok – yaitu yang dibedakan dengan sifat – disebut pengelompokan, dan yang menghasilkan individu disebut pengindividuan.

2-Pembagian selalu dari atas ke bawah, sedang pengelompokan tidak ( misalnyaanda mengumpulkan mengumpulkan nama-nama pengarang sesuai dengan huruf abjad dan mengelompokkan buku-buku atas dasar nama-nama tersebut ). 
                                                                             Pelengkap
Dalam pelajaran definisi, kami telahmenguraikan dan merinci cara-carammendefinisikan sesuatu, sehingga kita dapat mengetahui apa-apa yang sebelumnya berupa majhul-tashawwuri.

Di sin perlu kami berikan contoh menetrapkan teori-teori tersebut sesuai dengan janjikami pada awal bab pembagian. Kita mengambil manusia sebagai contoh ini.
Langkah pertama, kita harus enyadari bahwa kita belum mengetahui hakekat manusia.

Langkah kedua,kita harus mencari jenis manusia itu. Kalau kita menjumpainya, makakita akan berpndah kepada langkah ketiga, yang dari langkah tersebut hakekat pikiran,seperti yang kami terangkan sebelumya mengenai pikiran, dimulai. Mengenai jenismanusia tentu sudah maklum yaitu "binatang". 
Langkah ketiga,
gerak akal dari majhul ( yang belum diketahui )kepada yang dikeahui.Maksudnya, melihat manusiadan semua golongan yang ada dalam naungan.

Langkah keempat,
kita harus bisa mencari zat atau sifat yang dapat membedakanmanusia dari golongn lainnya. Kalau hal ini tidak bisa kita lakukan berarti kita tidak akan bisa mengatasi masalah kita, yaitu untuk daat mendefinisikan manusia. Tetapi kalau halitu bisa dilakukan, maka berarti kita telah membatasinya baing dengan batasan-batasanatau gambaran-lengkap. Tentu dalam hal ini pembeda manusia adalah "rasional" dan sifatkhususnya adalah "tertawa", misalnya. Dan berarti kita dapat membagi manusia pada jenis-dekat dan pembeda-dekatnya atau pada jenis-dekat dan sifat khususnya, dengan pembagian alami yang akliah.

Langkah kelima,
kal kita dengan membawa bekal penemuannyayang dilakukan padalangkah keempat, kembali kepada yang asalnya majhul yaitu "manusia". Dengandemikian, kita dapat mengatakan bahwa "manusia adalah binatang rasional", sebagaidefinisidengan batasan-lengkapnya, atau "binatang tertawa" sebagai definisi dengangambaran-lengkapnya.

Satu lagi yang perlu anda kuasai sebbelum anda menefinisikan sesuatu. Yaitu caramembuat tangga pahaman.Tangga pahaman ini harus anda mulai dari bawah. Yakni dari pahamanyang partikulir, atau minimal dari sesuatu yang akan anda definisikan. Danuntuk keatasnya ( baca: yang luas ) harus beranjak secara perlahan. Maksudnya tidak  boleh eloncat. Karena kalau sampai terjadi loncatan, jenis dari yang akan andadefinisikan, yang semestinya jauh bisa menjadi jenis dekat. Sehingga anda tidak akandapat mendefinisikannya dengan batasan, melainkan hanya dengan gambaran.Misalnya, ketika anda mau mendefinisikan air.Anda terlebih dahulu harus mencari pahaman universal yang lebih luas sedikit dari air. Misalnya "benda cair".Dan anda tidak  boleh meloncat, misalnya mengambil "benda tidak berkembang" sebagai pahaman diatasnya. Sebab ia adalah urutan setelah "benda cair". Kalau hal itu sampai terjadi, andatidak akan dapat mmenemukan jenis-dekat air. Itu berarti anda tidak dapat memberikan batasan untuk air. Dan satu-satunya yang dapat anda lakukan adalah memberikangambaran. Sebab batasan, mestilah diambil dari jenis-dekat dan pembeda-dekat.Sementra jenis-dekat suatu golongan adalah pahaman yang lebih luas yang secaralangsung ( tidak berjarak ) ada di atasnya.Perhatikan beberapa contoh tangga pahaman berikut ini.
 

TANGGA PAHAMAN
 Keterangan Diagram( mengambil diagram pertama ):Kalau anda ingin mendefinisikan "air", maka anda tinggal mengambil "Benda cair"sebagai jenisnya, dan carilah benda atau,kalau tidak bisa, sifat khususnya yang dapatmembedakannya dari golongan-golongan lain yang bersatu dengannya di "benda cair".Begitu pula kalau anda ingin mendefinisikan "benda-cair". Maka anda tinggalmengambil "benda tak berkembang" dan menambahkan benda atau sifat khususkepadanya. Begitulah seterusnya.Akhirnya dengan puji syukur ke hadirat Allah SWT, kami akhiri buku pertama ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi kaum muslimin, khususnya bangsa kita tercintaIndonesia.

Makassar 6 Mei 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar